"Jotun Colorful Journey" kali keempat tahun ini diadakan di dua kota berbeda yakni Hanoi, dan Ho Chi Minh. Dipilihnya kedua kota Vietnam ini, karena selama lima tahun terakhir menunjukkan pertumbuhan signifikan, terutama dari segi perekonomian, dan pesatnya pembangunan properti.
Menurut Decorative Project Manager PT Jotun Indonesia, Wira Rinaldi, Hanoi, dan Ho Chi Minh sama berkembangnya dengan Jakarta, dan kota-kota lain di Indonesia yang sedang tumbuh, semakin modern, dan pesat dengan berbagai aktivitas ekonomi dan pembangunan fisik.
"Bahkan pertumbuhan bisnis (business growth) kami di Vietnam, tertinggi kedua setelah Indonesia untuk kawasan regional Asia Tenggara. Untuk itu kami menggelar kegiatan mengunjungi dua kota tersebut sebagai obyek studi perbandingan," tutur Wira kepada Kompas.com, Senin (18/5/2015).
"Jotun Colorful Journey" sendiri digelar dengan tujuan memberikan apresiasi kepada para arsitek yang selama ini telah bekerjasama dan menjadi mitra strategis bagi PT Jotun Indonesia.
Ada banyak karya arsitektur unik, menarik, dan tak kalah bagus di Vietnam yang bisa dijadikan referensi oleh para arsitek Indonesia. Di antaranya Crescent Mall, dan Financial Tower di Ho Chi Minh.
Project Specifier Decorative Segment, Krisna Wijanarko, menambahkan, kegiatan "Jotun Colorful Journey" kali ini diikuti oleh 18 arsitek yang berasal dari 13 kantor arsitektur ternama di Indonesia.
"Mereka dari Airmas Asri, Pandega Design Weharima, Urbane Indonesia, Anggara Architeam, Arkonin, Indomegah, dan lain sebagainya," ungkap Krisna.
Mendekatkan diri
Pasar Indonesia, lanjut Wira, luar biasa besar. Hal ini terindikasi dari sektor properti yang terus tumbuh kendati perekonomian sedang melemah. Dalam catatan Real Estat Indonesia (REI), sektor properti masih akan tumbuh sekitar 15-20 persen.
Untuk itu, kata Wira, pihaknya tetap optimistis merealisasikan target pertumbuhan bisnis di tengah persaingan ketat pemain material bangunan, khusus cat.
Dan "Jotun Colorful Journey" adalah salah satu strategi PT Jotun Indonesia untuk mendekatkan diri terhadap pasar, dengan harapan terciptanya brand awareness yang lebih baik.
Menurut Direktur PT Tri Tirta Permata, Reggy Widjaya, pendekatan perjalanan arsitektur seperti ini, justru lebih efektif. Pasalnya, arsitek dihadapkan pada situasi kerja dengan intensitas dan tingkat tekanan yang tinggi (stressful).
"Oleh karena itu, perjalanan ke Vietnam merupakan salah satu sarana edukasi dan bisa dijadikan sumber inspirasi tambahan bagi para arsitek, termasuk saya," papar Reggy.