Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Basuki Tegaskan Waduk Jatigede Aman Dibangun

Kompas.com - 11/08/2015, 09:00 WIB
Arimbi Ramadhiani

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Pembangunan Waduk Jatigede di Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, terus menuai pro dan kontra. Pihak yang kontra menuding lokasi tersebut tidak layak dibangun waduk karena banyak berdiri situs-situs peninggalan sejara. Selain itu, pembangunan waduk ini juga ditentang lantaran lokasinya yang rawan terjadi gempa.

Meski begitu, menurut Basuki Hadimuljono, pembangunan Waduk Jatigede tidak diputuskan begitu saja, melainkan telah diperhitungkan melalui penelitian. "Proses sudah panjang. Saat ini memang masih ada yang mempermasalahkan hal teknis. Padahal, sudah ada hitungan Amdal (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan) sampai desainnya, dan konstruksinya," ujar Basuki di Jakarta, Senin (10/8/2015).

Basuki mengatakan, penelitian Amdal saja tidak gampang. Namun, hasilnya sudah menunjukkan bahwa waduk aman dibangun. Begitu juga dengan hitungan potensi gempa. Basuki pun mempertanyakan dari sisi perhitungan mana, klaim yang menyatakan lokasi tersebut tidak aman untuk dibangun waduk. Di sisi lain, lanjut dia, sebanyak 230 bendungan di Indonesia, berada di wilayah gempa.

"Indonesia itu daerah gempa dan semuanya sudah dihitung," tegas Basuki.

Sementara itu, tuntutan masyarakat terhadap uang ganti rugi juga menjadi salah satu alasan mengapa pengairan Waduk Jatigede belum juga terlaksana. Terkait hal tersebut, Basuki mengatakan, sudah melakukan koordinasi dengan Gubenur Jawa Barat dan pemerintah kabupaten setempat.

Saat Basuki turun ke lapangan, banyak tuntutan dari masyarakat soal besaran uang pengganti. Pada akhirnya, diputuskan angka Rp 122 juta untuk uang pengganti per kepala keluarga(KK) dan Rp 29 juta per KK untuk kerohiman. Dia mengaku, ada banyak komplain yang datang dari Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP) Pemprov Jabar.

Untuk mengatasinya, Basuki menyarankan supaya memisahkan sendiri upaya ganti rugi dan pemberian uang kerohiman. "Nanti ada tim sendiri untuk itu. Kalaupun sudah benar-benar diverifikasi dan divalidasi benar, tentunya akan kami bayar. Sekarang banyak yang bicara tapi tidak punya bukti jadi susah. Ini harus benar-benar agar tidak salah. Kalau salah kami yang ditangkap," tandas dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau