Menurut data Singapore Tourism Board (STB) terbaru, jumlah kunjungan wisatawan Indonesia pada Januari-Maret 2015 melorot tajam hingga mencapai 15,7 persen lebih rendah menjadi 631.804 orang dibanding periode yang sama pada tahun lalu.
Rinciannya, pada Januari turis Indonesia yang berkunjung ke negeri jiran itu sekitar 236.291 orang atau turun 16,8 persen dibanding Januari 2014. Februari mencapai 184.175 orang atau menciut 15,9 persen dari Februari 2014, dan Maret sekitar 211.338 orang atau menurun 14,2 persen dari Maret 2014.
Padahal, selama ini, penerimaan pariwisata atau tourism receipts (TR) Singapura terbesar berasal dari 3,025 juta turis Indonesia. Masih menurut catatan STB, TR asal Indonesia sepanjang 2014 berkontribusi senilai 2.948 juta dollar Singapura atau setara Rp 28,9 triliun terhadap total TR 23,6 miliar dollar Singapura.
Pengeluaran belanja turis kita di Negeri Singa tersebut tercatat untuk berbagai keperluan. Terbesar adalah komponen sightseeing, entertainment and gaming (SEG) senilai 2,95 miliar dollar Singapura. Jauh melebihi belanja SEG turis asal Tiongkok yang mencatat nilai 2,63 miliar dollar Singapura. Disusul India dengan 11,7 miliar dollar AS.
Selain Indonesia, penurunan kunjungan turis asal negara Asia lainnya macam Brunei Darussalam, dan Tiongkok juga cukup signifikan. Penyusutan masing-masing sekitar 9 persen, dan 8,6 persen.
Sementara turis asal semenanjung Arab, utamanya Kuwait dan Arab Saudi mengalami penciutan sekitar 12 persen. Penurunan paling besar terjadi pada kunjungan pelancong asal Rusia sekitar 34,3 persen.
Kendati jumlah kunjungan turis Indonesia, dan beberapa negara lainnya merosot, CEO Leads Property Indonesia, Hendra Hartono, berpendapat, sektor perhotelan Singapura masih akan terus tumbuh. Pasalnya, negeri ini merupakan regional hub untuk kawasan regional Asia Pasifik.
"Turis asal Malaysia, Vietnam, dan negara lainnya justru mengalami pertumbuhan kunjungan ke Singapura," tutur Hendra kepada Kompas.com, Jumat (30/5/2015).
Selain Malaysia, Vietnam, wisatawan asal Korea Selatan juga mencatat pertumbuhan signifikan secara tahunan sebesar 26 persen. Pengeluaran mereka pun stabil di semua komponen baik untuk keperluan liburan maupun segmen bisnis.
Performa hotel
Hal tersebut memicu kinerja hotel Singapura cukup positif dengan mencatat pendapatan kamar setahun setahun penuh senilai 3,15 miliar dollar Singapura sepanjang 2014. Angka ini tumbuh 8 persen dibanding tahun 2013.
Bergesernya tingkat okupansi rerata atau average occupancy rate (AOR) sebesar satu persen menstimulasi pendapatan per kamar yang tersedia atau revenue per available room (RevPAR) turun tipis satu persen menjadi 221 dollar Singapura.
Sedangkan rerata tarif kamar atau average room rate (ARR) stabil di angka 258 dollar Singapura per malam.