Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Di Tengah Krisis Sumber Daya, Mampukah Arsitek Merancang Karya Berkelanjutan?

Kompas.com - 01/06/2015, 13:00 WIB
Arimbi Ramadhiani

Penulis

Sumber fresh home

KOMPAS.com - Menurut World Population Balance, populasi global saat ini sudah dua sampai tiga kali lebih tinggi dari tingkat yang berkelanjutan. Akibatnya, konsumsi sumber daya di dunia juga meningkat cepat.

Jika hal ini berlangsung terus menerus, keberlanjutan masa depan akan terancam. Dengan demikian, perlu ada perubahan dan proses belajar untuk hidup lebih berkelanjutan.

Di sini, peran arsitek sangat diperlukan. Pasalnya, arsitek, memiliki kesempatan untuk melakukan perubahan yang dapat berdampak drastis sehingga mengubah dunia menjadi lebih berkelanjutan.

Gerakan menuju desain sosial

Hampir setengah dari populasi dunia tidak memiliki akses terhadap air minum bersih. Di sisi lain, permukaan laut diperkirakan naik hingga lima kali pada tahun 2100, menempatkan beberapa kota-kota pesisir yang padat penduduk di bawah air.

Dua skenario ini disebabkan karena penduduk dunia mengonsumsi terlalu banyak sumber daya dengan kecepatan tak terkendali. Dunia juga tidak hidup secara berkelanjutan, karena setiap pembakaran sumber daya berpotensi membuat lubang pada ozon, menyebabkan es di kutub mencair dan mencemari sumber air kita.

Dalam hal ini, arsitek bisa ikut berperan untuk mengatasinya. Sampai saat ini, sudah banyak arsitek terkemuka yang merancang rumah eko-cerdas alias ramah lingkungan. Sepanjang sejarah, arsitektur selalu mencerminkan budaya dan negara di dunia, sehingga kita hidup dalam waktu yang cepat dan mengubah desainnya.

Rumah menjadi lebih kecil

Ada beberapa alasan mengapa tren ini begitu menyeruak. Rumah terpaksa dibuat lebih kecil karena pertumbuhan penduduk yang cepat dan populasi menua hidup lebih lama. Karena penuaan berlangsung lebih lama, maka tinggal di rumah-rumah yang lebih kecil dianggap lebih mudah dan aman.

Lalu ada generasi muda yang telah diajarkan untuk lebih sadar lingkungan, mengetahui bahwa rumah yang lebih kecil lebih mudah diciptakan sebagai rumah berkelanjutan.

Pemanfaatan teknologi

Konsumsi cepat sumber daya energi dan penyebaran polusi dari sumber air dunia telah memaksa desain arsitektur berteknologi tinggi untuk membantu memperlambat laju tersebut. Saat ini, berbagai inovasi ramah ekologis baru sedang dipikirkan setiap hari.

Arsitek berperan dalam merangkul teknologi ini dengan merancang rumah yang sempit beserta perangkat ramah lingkungan. Beberapa teknologi yang lebih populer yang muncul dalam arsitektur saat ini adalah solar panel atau panel tenaga surya, lampu LED, pemanas air tenaga surya, bahan daur ulang, dan daya turbin.

Lingkungan perkotaan baru

Ada permintaan yang tinggi untuk arsitektur perkotaan yang berkelanjutan. Untuk itu, saat ini perguruan tinggi mulai membuka program baru melatih arsitek atau insinyur dalam memahami ilmu desain ekologi perkotaan. Jika ingin bersaing secara kompetitif, arsitek harus menguasai desain eco-city.

Sebuah buku karya Peter Katz berjudul The New Urbanism, berteori bahwa masyarakat perkotaan yang baru akan berkembang, ingin terintegrasi langsung dengan perumahan, taman, sekolah, rumah ibadah dan bisnis mereka.

Pada dasarnya, hal ini akan menjadikan masyarakat perkotaan fungsional dan memiliki mobilitas yang tinggi saat berjalan dari satu tempat ke tempat yang lain demi memenuhi semua kebutuhan mereka sehari-hari.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com