Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pembeli Asing Picu Lonjakan Harga Properti di Selandia Baru

Kompas.com - 12/05/2015, 09:00 WIB
Arimbi Ramadhiani

Penulis

KOMPAS.com - Nilai properti melonjak di Auckland, Selandia Baru. Ini disebabkan kurangnya pasokan unit rumah, sementara jumlah penduduk 1,4 juta jiwa. 

Penduduk yang sebelumnya tinggal di luar negeri, bermigrasi ke dalam kota di Selandia Baru. Pembeli asing, terutama dari Tiongkok dan negara-negara Asia lainnya juga terus bertambah.

Menurut analis, udara bersih dan citra Pantai Auckland yang ramah lingkungan adalah nilai jual utama bagi para investor properti asing. Selain itu, hukum investasi properti di Selandia Baru dipandang lebih terbuka dibandingkan Singapura, Hongkong dan investasi di hub global lainnya.

Country Head Knight Frank Selandia Baru, Layne Harwood, mengatakan investor asing terdampak aspek legalitas dan kenaikan harga properti ini. Dengan demikian, Selandia Baru dinilai cocok untuk keamanan modal.

Kenaikan harga terlihat di berbagai jenis residensial. Pengembangan properti multifungsi Sugartree, yakni 656 apartemen mewah yang terletak di tengah Auckland, hampir seperlima pembelinya saat ini beraal dari negara-negara asing, termasuk Inggris, Tiongkok, Perancis, Singapura, dan Amerika Serikat.

Menurut direktur proyek Sugartree, Darren Brown, tahap pertama yaitu 148 apartemen mewah yang dibuka pada akhir Maret sudah terjual habis. Harga saat itu berkisar 300.000 dollar Selandia Baru atau sekitar 225 ribu dollar AS (Rp 2,9 miliar) untuk satu unit kamar tidur. Kini menjadi 2,5 juta dollar (Rp 25 miliar).

"Uang Anda bisa bertambah cukup banyak. Ini sangat menarik bagi investor internasional," ujar dia.

Menurut Real Estate Institute of New Zealand (Reinz), hampir 9.000 tempat tinggal yang dijual di Selandia Baru pada Maret 2015, harganya mencapai angka tertinggi sejak Mei 2007. Harga jual rata-rata di Auckland naik menjadi 720 ribu dollar (Rp 7,2 miliar) pada Maret, dari 637 ribu dollar (Rp 6,37 miliar) di bulan yang sama tahun sebelumnya.

"Saat ini, data pemerintah yang membedakan antara pembeli lokal dan internasional hanya berdasarkan pada tanah pedesaan, bukan untuk properti perkotaan. Namun, masuknya imigran baru menunjukkan bahwa ada pengaruh pembeli asing di pasar properti Auckland," ujar kepala eksekutif Reinz Colleen Milne.

Sebanyak 39 persen populasi Auckland lahir di luar negeri, menurut sensus Selandia Baru pada 2013. Angka ini meningkat dua persen dari sensus tahun 2006. Antara tahun 1996 dan 2013, 36 persen dari mereka yang bermigrasi ke Selandia Baru, berasal dari negara-negara Asia, terutama Tiongkok dan India.

"Kami percaya banyak pendanaan datang melalui China," kata Milne.

Ada pun menurut Direktur pemasaran proyek perumahan Auckland Colliers International, Jeff Davidson, sejak 2012, terdapat 25 proyek apartemen yang dikembangkan di pusat dan dekat pusat bisnis Auckland. Sementara 15 proyek lainnya berada dalam tahap perencanaan.

Target pembeli pada proyek ini merupakan warga Auckland yang tinggal di pinggiran kota. Namun, pembeli di luar negeri juga tertarik pada apartemen bertingkat tinggi di pusat bisnis atau CBD.

"Mereka percaya, kepemilikan properti di CBD akan menghasilkan keuntungan dari sewa kembali," ujar Davidson.

Meski terlihat ada peningkatan, kenyataannya, pembeli dari Inggris, Jerman, Afrika Selatan dan negara-negara lain telah berinvestasi pada properti di Auckland selama bertahun-tahun.

Sementara itu, Milne dari Reinz mengatakan bahwa pendorong utama permintaan adalah kurangnya perumahan. Menurut studi oleh dewan kota Auckland pada 2012, kota ini setidaknya membutuhkan 13.000 unit rumah baru setiap tahun selama 30 tahun.

Dengan demikian, lahan yang harus dibebaskan untuk pembangunan perumahan jumlahnya bertambah.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau