Dari sejuta rumah yang dicanangkan pemerintah, sebanyak 603.000 diperuntukkan bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR). Pada tahap awal pembangunan, Syarif mengaku belum bisa membangun langsung sebanyak itu.
Saat pencanangan Rabu, 29 April 2015 nanti, sebanyak 103.000 unit rumah akan dibangun sebagai tanda program tersebut mulai berjalan. Sisanya, akan dibangun secara bertahap.
Pada kesempatan yang sama, Ketua Pelaksana Program Pencanangan Sejuta Rumah untuk Rakyat Heroe Soelistiawan mengatakan, pembangunan ini harus segera dijalankan meski belum mencapai 603 unit.
"Kita bangun kan tidak bisa menunggu perfect dulu baru jalan. Secara simultan dibereskan dari tata kelola, dari sisi pembiayaan, pertanahan, keyakinan dari pengembang, dan konsumen, semua membangun," kata Heru.
Menurut dia, pembangunan ini sangat bergantung pada para stakeholder karena banyak yang tidak bisa diintervensi pemerintah. Pemerintah hanya bisa mengupayakan di bidang regulasi dan APBN atau pembiayaan. Sementara pelakunya, yaitu pengembang dan kosumen perlu gayung bersambung.
Banyak kalangan praktisi atau stakeholder lain yang meragukan kemampuan pemerintah menjalankan program sejuta rumah, namun di sisi lain, banyak juga masyarakat yang pesimistis belum punya rumah. Untuk itu, perlu monitoring dan kordinasi selama kegiatan pencanangan di lakukan.
Heru menambahkan, semenjak program ini digaungkan, dia menerima setidaknya 26 surat yang dikirimkan oleh wali kota dan bupati di seluruh Indonesia. Mereka menyatakan ingin bergabung dengan program tersebut dan mau menyiapkan tanah.
Pencanangan
Momentum pencanangan program sejuta rumah akan diselenggarakan pada waktu yang berdekatan dengan Hari Buruh Nasional, yaitu Rabu, 29 april 2015. Kegiatan ini dilakukan serempak di sembilan provinsi dengan total rumah 103 ribu unit.
"Saat itu diusulkan bersamaan dengan hari buruh. Pembangunan rusunawa dua menara 184 unit di Ungaran," Syarif.
Lokasi ini, kata Syarif, dipilih menjadi pusat pencanangan program karena dekat dengan kawasan industri. Secara politis, perumahan di dalam program sejuta rumah memang didekatkan dengan industri. Pasalnya, selama ini masyarakat mengeluh saat rumah jauh dari tempat bekerja.
Dengan membangun perumahan dekat industri, lokasi ini diharapkan menjadi percontohan di seluruh Indonesia. Meski begitu, Syarif menegaskan, tidak hanya buruh, perumahan nelayan juga harus dekat dengan tempat pekerjaannya, yaitu pantai. Rumah untuk umum juga harus dibangun dekat lokasi kerja, supaya transportasi tidak mahal.
Selain itu, kegiatan pencanangan ini bukan berarti hanya rumah tersebut saja yang dibangun saat itu. Program ini berlanjut hingga sebanyak 603.000 unit untuk masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) terbangun secara bertahap.
Sebelum peletakan batu pertama, program sejuta rumah sebenarnya sudah berjalan. Melalui data Bank BTN, terdapat 22.800 unit yang dalam tahap pembangunan. Hal tersebut dibuktikan dengan persetujuan kredit (PK).
"Pencanangan bukan hari itu saja. Tapi langkah awal kegiatan berikutnya. Tahap pertama memang tidak langsung bisa 603.000 itu," kata Syarif.