JAKARTA, KOMPAS.com - Progres lelang paket pembangunan
infrastruktur program prioritas Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) di lingkungan Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta rupanya belum mencapai target. Hal ini terbukti pada posisi terendah DKI Jakarta dalam realisasi lelang.
Berdasarkan data Direktorat Jenderal Bina Konstruksi Kementerian PUPR dari 70,21 persen atau sebanyak 9.646 paket lelang di sektor infrastruktur hingga akhir Maret 2015, DKI Jakarta hanya berhasil melaksanakan lelang 53 proyek atau di bawah 10 persen dari total target lelang 566 proyek senilai Rp 2,9 triliun.
Sementara realisasi lelang tertinggi diraih Maluku Utara sebesar 60,27 persen dari total 331 proyek senilai Rp 2,1 triliun. Posisi kedua Kalimantan Utara dengan 56,76 persen dari total 71 proyek senilai Rp 946 miliar.
Pelaksana Tugas Direktur Jenderal Bina Konstruksi Kementerian PUPR, Hediyanto W Husaini mengungkapkan alasan belum tercapainya target lelang tersebut, karena teknis perencanaan program pembangunan infrastruktur di Jakarta tergolong paling kompleks, dan rumit. Terlebih, struktur kota telanjur padat bangunan, dan penduduk.
"Untuk desain pembangunan di Jakarta saja butuh persiapan yang lebih matang bila dibandingkan dengan daerah lain. Teknisnya tentu lebih rumit lagi," ujar Hediyanto kepada Kompas.com, usai menerima kunjungan kerja Wakil Presiden Jusuf Kalla di Jakarta, Selasa (7/4/2015).
Selain teknis perencanaan yang rumit, konflik politik antar-pimpinan juga memengaruhi pelaksanaan pelelangan proyek tersebut.
"Investor cenderung menahan diri dalam berpartisipasi pada proyek pemerintah saat kondisi politik tidak stabil," lanjut Hediyanto.
Kondisi ini, tambah Hediyanto, akan menimbulkan efek domino dalam pengerjaan proyek pembangunan infrastruktur. Alhasil, realisasi pembangunan infrastruktur di Jakarta akan mundur, dan tingkat kesulitannya bertambah besar.
"Ada efek berantai dari lambatnya pencapaian target lelang ini. Jadwal pengerjaan proyek bisa ikut molor sehingga menyebabkan realisasi pembangunan menjadi semakin sulit," tandas Hediyanto.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.