JAKARTA, KOMPAS.com - Bandung merupakan kota paling potensial untuk dikembangkan sebagai kota cerdas atau
smart city. Pemimpinnya yang berlatar belakang arsitek, Ridwan Kamil, dinilai dapat memahami kebutuhan mengenai
smart city.
Selain itu, Bandung juga punya sumber daya manusia (SDM) yang kreatif, dan mampu melakukan berbagai inovasi serta terobosan untuk membuat kotanya lebih cerda dan terkoneksi secara efektif, dan efisien.
Senior General Manager PT Panasonic Gobel Indonesia, Widyastama Nugraha, mengungkapkan pendapatnya terkait smart city kepada Kompas.com, saat peresmian Panasonic Business Showroom di Cawang, Jakarta Timur, Kamis (2/4/2015).
Selain Bandung, konsep kota cerdassangat potensial dikembangkan di seluruh Indonesia. Namun, sebelum itu terwujud, pemerintah daerah perlu mempertimbangkan berbagai hal yang akan dihadapi, seperti mahalnya biaya teknologi, kebutuhan masyarakat, serta pemahaman lebih dalam mengimplementasikan konsep tersebut.
Menurut pria yang akrab disapa Tommy tersebut, konsep smart city sangat mungkin diterapkan di Indonesia. Hanya saja masih ada beberapa kesulitan yang harus diatasi dalam implementasi konsep tersebut.
"Indonesia ini cukup potensial dalam pengembangan konsep smart city. Tapi perlu dipertimbangkan kesulitan, seperti memahami keinginan dan kebutuhan masyarakat setempat dan biaya yang tinggi untuk teknologi. Konsep smart city ini menggunakan teknologi yang cukup mutakhir, ramah lingkungan, dan berkelanjutan. Kalau hanya sekadar memasang jaringan internet nirkabel belum bisa disebut kota cerdas," ujar Tommy.
Tommy mencontohkan kemutakhiran teknologi ramah lingkungan dan berkelanjutan tersebut terdapat di Fujisawa, Jepang. Kota dengan luas wilayah 90 hektar tersebut direncanakan mampu menghemat energi hingga 70 persen dengan mengurangi konsumsi karbon dioksida (CO2). Selain itu, penggunaan air juga dikurangi hingga 30 persen.
"Kota Fujisawa dibangun dengan konsep sustainable development and life. Panasonic mencoba membangun kota Fujisawa agar mampu membawa energi ke dalam kehidupan, seperti listrik. Oleh karena itu kami dukung dengan menyediakan green technology, seperti panel surya di setiap rumah dan area publik dan toilet yang mampu mengurangi penggunaan air sebanyak 30 persen. Fasilitas di rumah-rumah penduduk juga sudah terintegrasi dengan smartphone mereka," lanjut Tommy.
Tommy menambahkan, konsep smart city yang diterapkan di Fujisawa dapat membuat kota tersebut mampu bertahan selama tiga hari dengan energi mereka sendiri. Fujisawa yang dirancang sebanyak seribu rumah dengan total penduduk mencapai 3.000 orang pada tahun 2018 memiliki tingkat ketergantungan terhadap energi terbarukan yang minim.
"Dengan berbagai teknologi mutakhir tersebut, Kota Fujisawa dapat meminimalisasi tingkat ketergantungan terhadap energi terbarukan hingga 30 persen. Ini membuat kota tersebut dapat bertahan dengan pasokan energi sendiri selama tiga hari," papar Tommy.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.