Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Manado di antara Gaya Hidup, Gengsi, dan Gedung Tinggi

Kompas.com - 29/03/2015, 16:43 WIB
Hilda B Alexander

Penulis

MANADO, KOMPAS.com - CEO Lippo Homes, Ivan S Budiono, boleh mengklaim pasar apartemen di Manado, sangat potensial, dan menjanjikan. Ivan kemudian merujuk pada gaya hidup, dan perilaku investasi warga ibu kota Sulawesi Utara tersebut.

"Orang Manado gengsinya tinggi. Mereka tak mau terkalahkan. Jika tetangganya beli barang mewah, dia pasti ikutan beli. Demikian pula dengan gaya hidup. Orang Manado terkenal dengan spending money-nya tinggi, royal. Jika ada yang beli apartemen, pasti lainnya mengikuti," papar Ivan kepada Kompas.com, usai perkenalan Monaco Bay Manado Resort City, Rabu (25/3/2015).

Pernyataan Ivan dikuatkan CMO Lippo Homes, Jopy Rusli. Menurut dia, pada saat tes pasar Monaco Bay Manado Resort City, priority pass atau nomor urut pemesanan (NUP) yang dilepas sebanyak 450 unit atau sama dengan jumlah unit apartemen menara perdana Monaco Suites, seluruhnya habis dipesan. Bahkan ada kelebihan pemesanan sebanyak 100 unit.

"Hal ini mengindikasikan bahwa minat warga Manado untuk memiliki apartemen, dan tinggal di dalamnya sangat tinggi. Memiliki apartemen di Monaco Bay sama halnya membeli gengsi, prestise, dan kebanggaan," tutur Jopy.

Dengan harga jual Rp 18 juta per meter persegi atau sekitar Rp 800 juta untuk unit terkecil ukuran 45 meter persegi, menurut Jopy, sangat kompetitif. Terlebih lokasi Monaco Bay Manado Resort City berada di jantung pusat bisnis Manado, yakni Jl Boulevard Raya yang langsung menghadap ke tepi pantai Teluk Manado.

"Ini investasi yang sangat value for money. Kalau di Jakarta, dengan lokasi bagus seperti ini harganya bisa tiga kali lipat lebih tinggi, bisa Rp 50 jutaan per meter persegi," tandas Jopy.

"Mixed use"

HBA/Kompas.com PT Lippo Karawaci Tbk mengakuisisi Blue Banter untuk dikembangkan Monaco Bay Manado Resort City yang menghadap ke Teluk Manado.
Namun demikian, timbul beberapa pertanyaan menggelitik, siapakah yang memesan NUP tersebut, bagaimana profilnya, dan berapa besar pangsa pasar apartemen Manado, serta sudah saatnya-kah kota ini dibangun hunian vertikal?

Populasi Manado sendiri, berdasarkan data Biro Pusat Statistik Provinsi Sulawesi Utara tahun 2012, hanya 417.483 jiwa dengan pertumbuhan 1 persen per tahun, dan densitas 2.502 jiwa per satu kilometer persegi.

Sementara di sisi lain penjualan rumah tapak mengalami pertumbuhan sepanjang 2014, dan diprediksi berlanjut pada kuartal I 2015. Menurut survei Index Properti Residensial Bank Indonesia, penjualan rumah di Manado tertinggi kedua setelah Makassar untuk tipe kecil, dan menengah.

Jopy tak menampik, banyak investor luar kota Manado yang memesan NUP. Namun, jumlahnya tidak signifikan jika dibandingkan dengan warga Manado sendiri. Perbandingannya, sekitar 60-70 persen investor Manado, dan 30 persen investor asal Makassar, Papua, Balikpapan, Surabaya, dan Jakarta.

"Sejauh ini, investor asal Manado mendominasi. Mereka sangat antusias membeli apartemen Monaco Suites," tambah Jopy.

General Manager Realty Tamansari Lagoon, Ugik Sugiyanto, menimpali, tahun 2012 lalu saat PT Wika Realty memulai pembangunan Tamansari Lagoon, sempat terbersit keraguan produknya terserap pasar.

"Namun, seiring waktu berjalan, dalam dua tahun ke depan, Manado membutuhkan hunian vertikal yang tidak lagi sebagai gaya hidup, melainkan kebutuhan. Macet saat ini sudah terjadi saat jam sibuk," kata Ugik.

Dia menuturkan, konsumen Tamansari Lagoon adalah mereka yang "berbau" Manado. Kalau tidak warga Manado, lainnya adalah mereka yang bekerja di Jakarta namun masih punya keluarga, dan kerabat, serta bisnis di Manado.

Halaman:



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau