Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jakarta "Melar" ke Segala Arah!

Kompas.com - 23/02/2015, 09:00 WIB
Latief

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Arah bisnis pengembang properti dinilai sah dan wajar jika hanya mengikuti pasar. Karena sebetulnya, kontrolnya tetap di pemerintah yang harus melakukan pendekatan pengembangan wilayah sesuai tata ruangnya.

"Khususnya jika dikaitkan dengan masa depan Jakarta. Ini perlu agar gap antara timur dan barat bisa terkejar, karena keduanya sangat timpang saat ini. Ketidakmerataan antara timur dan barat ini adalah masalah bagi Jakarta," ujar Dr Lukman Purnomosidi, Ketua Kehormatan REI, pada diskusi "Ayo Membangun Jakarta: Membangun Sinergi dengan Seluruh Stakeholder untuk Pembangunan Jakarta yang Lebih Baik", di acara Indonesia Property Expo, JCC, Sabtu (21/2/2015).

Lukman mengatakan, sudah saatnya Pemprov DKI Jakarta memprioritaskan pengembangan wilayah Jakarta Timur. Upaya itu bisa dilakukan dengan menyiapkan infrastruktur wilayah dengan cukup serta insentif bagi pengembang yang mengembangkan kawasan ini.

Pendapat tersebut diperkuat oleh Hari Ganie, Ketua Bidang Perkotaan dan Permukiman Ikatan Ahli Perencanaan Indonesia (IAP). Menurut dia, apa yang terlihat saat ini memang sejalan dengan rancangan induk Jabodetabek.

"Sekarang ini cenderungnye ke timur. Ke depan beban luar biasa berat itu akan ada di timur Jakarta," kata Ganie.

Untuk itulah, lanjut dia, Jakarta tak perlu berpikir bahwa semua bebannya ada di sana. Beban-beban tersebut kini sudah sebagian dipikul oleh daerah-daerah di sekitarnya, yaitu oleh Bodetabek dan Puncak serta Cianjur (Punjur).

"Jakarta itu hanya service base city. Industri sudah tak perlu lagi dipegang Jakarta, itu sudah harus dikeluarkan. Izin-izin yang habis harus distop dan dikeluarkan, tak boleh lagi di Jakarta" katanya.

Kembali ke kota 

Yang direncanakan tidak dibangun, namun yang dibangun itu justru yang tidak direncanakan. Itulah wajah tata ruang Jakarta saat ini. "Kita sepakat bahwa pengembangan properti 5 sampai 10 hektar itu lebih banyak mudaratnya ketimbang manfaatnya," ujar Hari Ganie.

Namun, pada kenyataannya, pembangunan proyek-proyek properti seperti itu malah tidak terkendali. Aturan tata ruang diacuhkan. "Dulu, urbanisasi tinggi diimbangi dengan transmigrasi. Sekarang, sejak pengembang Agung Podomoro mengampanyekan konsep back to city, semua ramai-ramai tinggal lagi di tengah kota," katanya.

Hal tersebut diperkuat oleh pendapat Bambang Susanto dari Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI). Bambang mengatakan bahwa Jakarta semakin melar ke segala arah tanpa ada batasan.

"Ada yang lari ke pinggir, tapi banyak juga orang yang balik lagi ke tengah kota. Semua terjadi bersamaan. Inilah pentingnya patuh pada aturan tata ruang, pentingnya memprioritaskan infrastruktur," ujar Bambang.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau