Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kepemilikan Asing Jadi Bahasan Utama Negara ASEAN

Kompas.com - 01/01/2015, 23:01 WIB
Hilda B Alexander

Penulis

KOMPAS.com - Tahun 2015 akan menjadi momentum yang tepat untuk membahas masalah kepemilikan asing (foreign ownership). Pasalnya, integrasi pasar dan Masyarakat Ekonomi ASEAN mulai diberlakukan.

Hasil riset Lamudi, portal properti global, menyebutkan kepemilikan asing dapat meningkatkan minat investor internasional. Implikasinya, bisnis dan industri properti akan bergerak aktif dan menjadi katalisator bertumbuhnya pasar secara signifikan pada tahun ini.

Lamudi juga melihat tren utama tahun 2015 terkait kepemilikan asing atas properti di negara-negara Asia Tenggara yang akan mengubah konstelasi pasar properti secara umum. Terutama di Filipina, Indonesia, dan Myanmar yang selama ini melarang orang asing membeli properti.

Konstitusi ketiga negara tersebut tidak mengizinkan orang asing membeli dan memiliki lahan dan properti di atasnya. Namun, Lamudi yakin, hal itu tidak akan berlangsung lama. Pasalnya, sinyalemen perubahan akan terjadi karena terkait dengan pemberlakuan Masayarakat Ekonomi dan Pasar Tunggal ASEAN.

Pemberlakuan Masyarakat Ekonomi ASEAN ini diharapkan dapat meningkatkan investasi asing langsung atau foreign direct investment (FDI) baik di Filipina, Indonesia, maupun Myanmar. Parlemen masing-masing negara akan didesak untuk mengubah pembatasan kepemilikan asing tersebut.

Meningkatkan minat investor

Regulasi yang membebaskan kepemilikan asing, dianggap sangat penting dan vital demi menggenjot investasi di sektor properti. Sepanjang 2014 saja, investasi asing langsung di negara-negara berkembang, mencapai rekor tertinggi dan tren ini diperkirakan akan terus berlanjut selama tahun 2015.

Meroketnya FDI, dipicu tingginya tingkat kebutuhan dan serapan atas properti-properti hunian, rumah tapak, dan apartemen strata (kondominium). Di Indonesia saja, menurut catatan JLL,  selama tiga kuartal 2014, tingkat serapan apartemen mencapai 78 persen dari total 93.000 unit kondominium eksisting.

Pertumbuhan tingkat serapan itu, tak lain karena Indonesia mengalami lonjakan jumlah kelas menengah dengan daya beli tinggi yang ditopang pertumbuhan ekonomi positif. Sehingga pada 2020 mendatang, menurut penelitian Boston Consulting Group, kelas menengah dan orang kaya Indonesia diperkirakan akan mencapai lebih dari 140 juta orang.

Dampak dari kecenderungan ini tidak bisa dianggap remeh, karena terus dirasakan pada tahun 2015. Sebagian masyarakat menjadi lebih makmur, lebih terdidik, lebih memikirkan karier dan memiliki daya beli lebih tinggi, termasuk daya beli properti. Mereka akan membeli rumah lebih awal dan lebih sering, yang menyebabkan peningkatan omset serta permintaan untuk properti.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com