Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Setelah Tahun Ini Melambat, Bisnis Properti 2015 Bakal Meningkat

Kompas.com - 31/12/2014, 18:02 WIB
Hilda B Alexander

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Melambatnya pertumbuhan sektor properti tahun 2014, diprediksi tak akan berlanjut pada tahun 2015 mendatang. Hal ini dimungkinkan dengan asumsi pertumbuhan ekonomi meningkat, tingkat permintaan menguat, dan iklim investasi yang positif.

Head of Research Savills PCI, Anton Sitorus, mengutarakan pendapatnya terkait prospek bisnis dan industri properti tahun 2015 mendatang kepada Kompas.com, Rabu (31/12/2014).

"Pertumbuhan properti tahun ini yang hanya mencapai 10 persen hingga 12 persen, memang sudah diprediksi. Terlebih gejala awalnya terjadi sejak kuartal kedua 2013. Pasar tidak kaget lagi. Jadi, tahun depan, sektor properti akan kembali bergerak naik dengan pertumbuhan sekitar 20 persen," ujar Anton.

Dia menuturkan, seluruh sub sektor properti mulai dari perumahan tapak, apartemen strata (kondominium), perkantoran, pusat belanja, hotel, hingga kawasan industri akan mengalami pertumbuhan lebih tinggi ketimbang tahun ini.

"Di satu sisi, proyek baru bermunculan. Sementara di sisi lain permintaan mengalami kenaikan. Selain itu, tahun depan juga akan diwarnai dengan hadirnya pengembang baru yang sebelumnya tidak memiliki core properti, dan juga pengembang asing jelang integrasi padar dan Masyarakat Ekonomi ASEAN berlaku," tandas Anton.

Indonesia, kata Anton, masih sangat menarik untuk investasi properti. Negara ini masih dalam tahap pertumbuhan. Dengan pasar luar biasa besar, sekitar 235 juta penduduk, Indonesia masih lebih seksi dibanding negara-negara lainnya di Asia Tenggara.

Perumahan dan apartemen

"Permintaan hunian tidak akan berkurang. Terlebih harga bahan bakar minyak (BBM) sudah turun, daya beli masyarakat akan kembali membaik. Mereka yang sebelumnya memutuskan menunda pembelian rumah tahun ini, akan mengeksekusi pembelian tahun depan," kata Anton.

Selain itu, tambah Anton, pengembang tidak akan menaikkan harga terlalu tinggi. Mereka akan menyesuaikan dengan tingkat inflasi. Pasalnya, dengan pertumbuhan harga yang terjadi "gila-gilaan" pada 2012 lalu yang hampir mencapai 50 persen, kemampuan pasar untuk menyerap perlahan-lahan berkurang.

"Akan tetapi, dengan kenaikan harga yang rasional, paling banter 20 persen, pasar masih bisa membelinya. Ini disadari pengembang dengan tidak jor-joran menaikkan harga. Mereka pun mulai memberikan marketing gimmick berupa uang kas kembali, atau potongan harga dan kemudahan pembiayaan," ucap Anton.

Perkantoran

Subsektor perkantoran juga akan kembali menguat seiring dengan iklim investasi yang kondusif. Menurut Anton, permintaan berasal dari perusahaan perbankan, asuransi, teknologi informasi, telekomunikasi dan juga consummer goods.

"Pasokan perkantoran terdistribusi di kawasan pusat bisnis atau central business district (CBD) Jakarta dan sekitarnya serta di kawasan TB Simatupang, Gatot Subroto, Kuningan, dan Thamrin. Di antaranya Sahid Sudirman Center, Cemindo Tower, Telkom Landmark Tower, dan lain-lain," kata dia.

Sementara di kawasan timur Jakarta, pasokan Kirana 2 Office cukup untuk mengakomodasi permintaan yang berasal dari perusahaan manufaktur, trading, dan shipping. "Belum ada lonjakan permintaan yang signifikan, pasalnya pasar perkantoran untuk gedung high rise belum terbentuk. Perusahaan-perusahaan tadi masih mencari ruko untuk ekspansi," ucap Anton.

Pasar perkantoran di koridor timur Jakarta, lanjut Anton, berbeda dengan di koridor Simatupang, Puri Indah, ataupun Gatot Subroto yang berasal dari perusahaan-perusahaan berprofil tinggi (high profile) seperti perbankan, dan lain-lain.

Halaman Berikutnya
Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau