Semua indikator ekonomi Inggris menunjukkan sinyal perbaikan. Peningkatan positif GDP-nya berimbas pada sebagian besar aktivitas, terutama sektor jasa, yakni 78,4 persen selama 2011.
Bahkan, menurut IMF, Inggris akan mengalami pertumbuhan ekonomi tercepat di antara Group of 7 (G7) tahun ini. Mereka memprediksi perekonomian akan tumbuh 3,2 persen pada tahun 2014 dan 2,7 persen pada tahun 2015.
Sayangnya, nilai properti di Inggris masih jauh di bawah tingkat sebelum krisis, dengan ongkos produksi dan konstruksi masing-masing 9,7 persen dan 8,9 persen lebih rendah dibandingkan tiga bulan pertama pada 2008. Halifax melaporkan, harga rerata rumah naik sekitar 10,2 persen pada bulan September.
Para ekonom biasanya akan mengharapkan peningkatan agar produksi lebih banyak, karena pengembang berpeluang untuk mendapatkan keuntungan dari kelangkaan pasokan yang merupakan sinyal peningkatan harga.
"Melihat 17 tahun ke belakang, ini jelas bahwa setelah periode pertumbuhan konsisten, resesi telah mengirimkan gelombang kejutan melalui industri properti. Kita belum juga pulih," ujar Chief Executive of Scape, Mark Robinson.
Backlog
Selain kejatuhan harga, Inggris juga mengalami ketimpangan pasokan rumah sejumlah 40.000 unit per tahun. Padahal kebutuhan terus meningkat seiring pesatnya populasi yang terus bertambah sebanyak 400.000 orang pada 2013. Scape menyatakan bahwa kekurangan ini harus diatasi.
Para ekonom juga telah memperingatkan bahwa kebutuhan rumah yang tidak terpenuhi akan mengancam stabilitas. Peningkatan kekurangan dan resultan harga dapat mengakibatkan gejolak yang lebih besar, jika jumlah besar aset pinjaman bank tersisa di neraca mereka.
Salah satu faktor yang paling jelas dari lemahnya pembangunan rumah adalah penurunan jumlah persetujuan perencanaan.
Penelitian OECD pada 2011 menemukan bahwa dari 21 negara, respon dari pasar perumahan Inggris untuk kenaikan harga, merupakan yang terburuk. Karena, adanya kelemahan konstruksi dan tidak disetujuinya rencana pembangunan.
Pada kuartal kedua 2014, persetujuan masih 19 persen di bawah pencapaian sebelum krisis 2008.