Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Naik atau Tidak Harga BBM, Harga Properti Tetap Melejit!

Kompas.com - 28/08/2014, 17:12 WIB
Hilda B Alexander

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) yang ditunggu publik, termasuk pelaku usaha properti, ternyata belum ditetapkan. Jumpa pers bersama yang dilakukan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Joko Widodo, di Nusa Dua, Bali, Rabu (27/8/2014), sama sekali tidak menyinggung materi tentang kenaikan harga BBM.

Kendati demikian, naik atau tidak harga BBM, pengaruhnya terhadap sektor properti tidak terlalu signifikan. Bahkan, kalaupun harga BBM tidak jadi dinaikkan, harga properti akan tetap melejit.

Demikian rangkuman pendapat sejumlah pengembang properti terkait pengaruh kenaikan harga BBM terhadap sektor properti kepada Kompas.com, Rabu (27/8/2014).

Menurut Direktur Pengembangan Properti PT Wika Realty, Imam Sudiyono, harga properti akan tetap naik seiring meningkatnya permintaan pasar. Bahkan, dalam skala kecil, harga properti secara alamiah bakal tumbuh mengikuti progres konstruksi proyek yang sedang dikembangkan.

"Kenaikannya variatif, bisa 5 persen, 10 persen, atau bahkan 15 persen. Saat pembangunan masih dalam tahap awal, kenaikan harga sangat kecil. Namun, begitu konstruksi mencapai struktur atau nyaris rampung, dan unit-unit yang tersedia tinggal sedikit, harga akan melonjak lebih tinggi," ujar Imam.

Imam menambahkan, selain progres konstruksi, kenaikan harga properti juga di antaranya dipengaruhi oleh meningkatnya harga material bangunan.

"Dan jangan lupa, satu komponen lagi yang memengaruhi harga properti, yaitu tingginya harga lahan. Pertumbuhan harga lahan di Yogyakarta merupakan tertinggi se-Indonesia saat ini, dari sebelumnya Rp 3 juta per meter persegi menjadi Rp 7 juta per meter persegi hanya dalam waktu dua tahun," tandas Imam.

Hal senada dikemukakan Manajer Proyek PT PP Properti, Tjakra D Puteh. Menurut dia, kenaikan harga BBM sudah tidak mengejutkan dan tidak perlu disikapi berlebihan. Harga properti meningkat merupakan hal yang wajar terjadi. Mengingat, sampai saat ini, jumlah backlog hunian saja masih 15 juta unit, belum lagi tingkat serapan pasar terhadap rumah dan apartemen yang lebih dari 80 persen.

"Rumah dan apartemen yang kami bangun selalu terserap pasar. Itu akan meningkatkan harga dengan sendirinya. Kenaikan sekitar 10 sampai 20 persen," tutur Tjakra.

Sementara itu, CEO Relife Property, Ghofar Rozaq Nadzila, mengatakan, kenaikan harga properti merupakan sebuah strategi marketing, atau tepatnya market pricing strategy. Selain itu, kebutuhan pun sangat tinggi.

"Terlebih lagi, sekarang ini rupiah belum kembali ke kondisi normal. Jadi, itu akan sangat memengaruhi strategi untuk meningkatkan harga properti. Lagi pula, kenaikan harga properti ini menguntungkan juga bagi pemilik dan investor properti. Dengan demikian, pasar properti atau investasi di sektor properti masih tetap menarik," tandas Ghofar.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau