Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 08/07/2014, 08:39 WIB
Tabita Diela

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Pakar Tata Kota dari Institut Teknologi Bandung (ITB) Hesti D. Nawangsidi memuji proses reklamasi yang terjadi di DKI Jakarta. Menurutnya, proses reklamasi di Ibukota jauh lebih terencana ketimbang proses reklamasi di daerah lain.

Hesti mengungkapkan hal tersebut saat menjadi peserta diskusi "Pengembangan Lahan untuk Pembangunan Jakarta" yang juga menghadirkan perwakilan Ditjen Tata Ruang Kementerian PU Eko Budi Kurniawan, perwakilan WALHI Ode Rahman, Kepala Bagian Penataan Ruang Biro Tata Ruang dan Lingkungan Hidup DKI Jakarta Benni Aguscandra, dan perwakilan dari Kementerian Kelautan dan Perikanan Hendra Yusran Siri, Senin (7/7/2014).

"Jakarta, harus saya akui, terencana. Di tempat lain, reklamasi tiba-tiba terjadi. Kita tidak pernah lihat prosesnya, tidak pernah ada liputan. Lampung sudah direklamasi, Sulawesi, Manado sudah, kemudian Sulawesi Selatan, sekarang Benoa. Tidak pernah dengar-dengar, sudah jadi. Mereka perencanaannya tidak seperti di DKI Jakarta," ujar Hesti.

Tidak hanya itu, dia juga menegaskan bahwa risiko yang akan dialami DKI Jakarta sangat mahal jika proses reklamasi dilakukan dengan sembrono. Hal serupa sebenarnya bisa juga dialami oleh daerah-daerah lain. Karena itu, Hesti sangat menyayangkan langkah daerah-daerah lain yang melakukan reklamasi tanpa rencana mendetail.

"Di DKI Jakarta semuanya dikaji, karena khawatir dan juga disorot. Khawatir dengan risikonya karena mahal sekali. Di Lampung, di belakang toko-toko di pinggir pantai langsung ditambah-ditambah. Kita tidak tahu keamanannya. Apakah diuji, kita tidak tahu. Di Jakarta daerah timur, di Kalibaru Timur juga ada kecenderungan, masyarakat mereklamasi dengan sampah. Dalam empat tahun sudah jadi lahan baru. Itu sangat bahaya karena mencemari. Untuk menghindari reklamasi yang secara sporadis tidak bisa dikendalikan, lebih baik sekalian kita rencanakan dengan baik," pungkasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com