Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menakar Potensi Pasar Properti di Lombok dan Daerah Tertinggal

Kompas.com - 26/05/2014, 12:21 WIB
Hilda B Alexander

Penulis

LOMBOK, KOMPAS.com - "Jangan pernah meremehkan potensi pasar daerah, terutama Lombok, dan daerah lainnya di Kawasan Indonesia Timur. Daya beli masyarakatnya, ternyata jauh lebih tinggi ketimbang saudaranya di kawasan Indonesia Barat".

Demikian Direktur Marketing Blacksteel Group, Elsye Tanihaha, menjelaskan motivasi perusahaannya berinvestasi sebesar Rp 1 triliun di Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB), kepada Kompas.com, Senin (26/5/2014).

Mengutip hasil kelayakan bisnis yang dilakukan Blacksteel Group dalam setahun terakhir, menuru Elsye, pasar properti Lombok bakal berkembang kurang dari lima tahun lagi. Hal ini diperkuat hasil survei Badan Pusat Statistik Provinsi Nusa Tenggara Barat yang menyebutkan kondisi ekonomi pada triwulan I 2014 meningkat.

Peningkatan terlihat dari indeks tendensi konsumen (ITK) NTB sebesar 111,57, lebih tinggi jika dibandingkan pencapaian triwulan IV tahun 2013 sebesar 107,86. ITK NTB sebesar 111,57 saat ini berada di atas ITK nasional sebesar 110,03, namun berada di bawah ITK Provinsi Bali sebesar 114,98.

Membaiknya kondisi ekonomi konsumen utamanya didorong oleh pendapatan rumah tangga yang melonjak sebesar 106,54 dan rendahnya pengaruh inflasi terhadap konsumsi makanan yang ditunjukkan dengan nilai indeks 114,63.

Pencapaian ITK NTB diperkirakan melesat pada triwulan kedua tahun 2014 sebesar 112,37 berada sedikit di bawah perkiraan ITK nasional sebesar 112,39. Ini artinya tingkat optimisme konsumen diperkirakan lebih tinggi ketimbang tiga bulan pertama tahun 2014.

"Itulah yang memotivasi kami mengembangkan superblok Lombok City Center. Demikian halnya dengan kawasan lain yang saat ini masih dapat dikatakan tertinggal dari segi pengembangan sektor properti, sebut saja Ambon, Palu, Sorong, Gorontalo, Kupang, dan lain sebagainya. Ternyata daya beli masyarakatnya luar biasa, para pebisnis juga menyambut antusias kehadiran properti kami," papar Elsye.

Potensi besar

Sekadar contoh, Ambon City Center yang merupakan pusat belanja terbesar di ibukota Maluku, mencatat tingkat okupansi sebesar 130 persen. Selain pusat belanja dalam bentuk mal sewa, terdapat juga ruko-ruko yang disewakan kepada para pebisnis dan perusahaan komoditas hasil bumi.

Tingginya tingkat permintaan, menstimulasi Blacksteel Group menggarap Ambon City Center Tahap 2 yang sekarang masih dalam proses konstruksi.

Tak hanya Blacksteel Group, pengembang lainnya juga menjadikan Lombok sebagai wilayah garapan dan salah satu profit center untuk pendapatan berkelanjutan (recurring income). Pengembang tersebut adalah Relife Property Group yang telah mengoperasikan Svarga Resort.

Relife mengembangkan 25 unit villa dengan tarif per malam antara 100 dolar AS (Rp 1,1 juta) hingga 700 dolar AS (Rp 7,7 juta). Svarga Resort yang berlokasi di bukit dan memanfaatkan kontur tanah sebagai keindahan desain bangunannya memberikan pilihan bagi wisatawan dalam berlibur.


 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com