KOMPAS.com - Setiap tahun, debit air hujan membawa berton-ton limbah padat dan puing-puing dari jalan ke daerah aliran sungai (DAS) Jones Fall di Baltimore, Maryland, Amerika Serikat.
Limbah tersebut kemudian bermuara di Pelabuhan Baltimore. Tidak sedikit turis dan penduduk setempat yang merasa tumpukan sampah ini menjijikan. Karena itu, penduduk Baltimore berinisiatif menyelesaikan masalah limbah dan membuat daerah pelabuhan menjadi jauh lebih baik.
John Kellet dan Daniel Chase dari Clearwater Mills mendesain Water Wheel atau kincir air untuk menyelesaikan masalah limbah di pelabuhan Baltimore. Kincir tersebut bisa menyaring hingga 25 ton limbah setiap hari. Kincir yang mereka buat memanfaatkan 30 panel solar dan arus air sebagai tenaga pembangkitnya.
Menurut Kellet dan Chase, kincir tersebut bisa membangkitkan tenaga listrik sebesar 2.500 watt, atau kira-kira sama dengan kebutuhan satu rumah tangga per hari di Maryland.
Cara kerjanya pun relatif mudah dimengerti. Dua pelampung warna oranye membuat limbah-limbah padat mengarah ke Water Wheel. Kemudian, penggaruk berpegas akan "menerima" limbah dan memasukkannya pada ban berjalan. Limbah akan berakhir pada tempat sampah sekitar 15 meter di atas dermaga apung.
Setelah sampah penuh, dermaga dilepaskan, dikaitkan ke perahu, kemudian dibawa ke pengolahan limbah RESCO. Limbah tersebut akan dibakar, kemudian dibuah menjadi energi listrik. Sementara itu, pompa bertenaga surya menggerakkan 75.708,2 liter air per jam ke kincir air. Kincir inilah yang menggerakkan ban berjalan.
Sistem sederhana dan ramah lingkungan ini merupakan bagian dari ambisi Baltimore memiliki pelabuhan yang cukup bersih sebagai lokasi rekreasi. Selain memungut sampah dari pelabuhan, kicir pun memasukkan oksigen ke dalam air dan mendorong jumlah ikan datang ke lokasi dan memperbaiki kondisi habitat di pelabuhan Baltimore.
Kincir ini merupakan bagian dari Healthy Harbor Living Laboratory yang mendidik penduduk setempat mengenai manajemen air hujan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.