Untuk kawasan pertumbuhan baru di Jakarta Pusat, orientasi pengembangan mulai mengarah ke Cempaka Putih. Sebelumnya, Kebon Sirih dan Kemayoran menjadi pertimbangan utama dan konsentrasi pembangunan properti komersial. Namun, karena Kebon Sirih sudah padat dan defisit lahan matang, sementara Kemayoran tersandera status hak pengelolaan lahan (HPL), pengembang kemudian lebih melirik Cempaka Putih.
Senior Associate Director and Head of Research & Advisory Cushman & Wakefield Indonesia, Arief N Rahardjo, mengutarakan potensi dan masa depan pertumbuhan kawasan Cempaka Putih kepada Kompas.com, Selasa (6/5/2014).
Menurut dia, posisi Cempaka Putih tak kalah strategis dengan Kebon Sirih dan Kemayoran. Bahkan, saat ini aksesibilitas menuju Cempaka Putih sangat lengkap. Kawasan ini bisa dijangkau melalui moda bus transjakarta Koridor 2 rute Pulo Gadung-Harmoni, Koridor 4 Dukuh Atas-Pulo Gadung, dan Koridor 10 Cililitan-Tanjung Priok.
"Selain itu, rencana pembangunan ruas tol dalam kota Jakarta melintasi Sunter, Kemayoran, Duri Pulo, dan Kampung Melayu akan membuat Cempaka Putih punya peluang menjadi kawasan yang lebih terbuka dan menarik pengembangan-pengembangan properti baru," papar Arief.
Apartemen dan perkantoran
Fenomena pertumbuhan Cempaka Putih, lanjut Arief, akan mengikuti kecenderungan yang terjadi di kawasan TB Simatupang sebagai CBD baru Jakarta. Pertumbuhan akan diawali dengan pembangunan perkantoran bertingkat tinggi (high rise office) dan hunian vertikal (apartemen).
"Kedua jenis properti ini yang bakalan menjadi tren di Cempaka Putih dalam tiga hingga lima tahun ke depan. Perkantoran jangkung dibutuhkan untuk mengakomodasi perusahaan-perusahaan yang membutuhkan ruang kantor representatif. Selama ini mereka berkantor di ruko-ruko di kawasan Kelapa Gading, Sunter, Pulo Mas, dan Cempaka Putih sendiri," tambah Arief.
Menurut catatan Cushman and Wakefield Indonesia, tingkat hunian perkantoran eksisting di area Jakarta Pusat pada kuartal I-2014 mencapai 92,4 persen atau tumbuh 2,6 persen per tahun. Sementara permintaan terus menguat menjadi 36 persen dari total kebutuhan perkantoran seluruh wilayah non-CBD, setelah selama lima tahun terakhir hanya berada pada posisi 20 persen.
"Hal ini menunjukkan bahwa Cempaka Putih punya peluang besar untuk dieksplorasi lebih dalam. Pasalnya, pasokan baru perkantoran di kawasan ini hanya datang dari gedung Gudang Garam yang digunakan sendiri serta Kirana Two Office yang cenderung lebih ke arah timur," ujar Arief.
Sementara apartemen dibutuhkan sebagai multiplier effect dari dinamisnya aktivitas bisnis perkantoran di area Jakarta Pusat. Saat ini, terdapat dua apartemen yang sedang dipasarkan, yakni Sentosa Residence Jakarta (Bahama Group) dan Holland Village (Lippo Group).
Selain perkantoran dan apartemen, sektor lainnya yang bakal melejit adalah perhotelan. Properti jenis ini tak kalah cerah masa depannya. Pasalnya, ada banyak praktisi bisnis di bidang perkapalan, perdagangan, dan asuransi yang kerap melakukan perjalanan bisnis lintas kota.
"Hotel yang ada sekarang belum bisa maksimal memenuhi kebutuhan pasar," pungkas Arief.