Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bisnis Kondotel di Yogyakarta Lebih Prospektif Ketimbang Apartemen

Kompas.com - 30/04/2014, 15:03 WIB
Hilda B Alexander

Penulis

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Tren pembangunan apartemen di Daerah Istimewa Yogyakarta terus menguat. Tidak saja terjadi di pusat kota, melainkan juga di kawasan-kawasan pinggiran seperti Kabupaten Sleman dan Kabupaten Bantul.

Dalam catatan REI Daerah Istimewa Yogyakarta, hingga kuartal I 2014, terdapat 20 proyek apartemen baik yang sedang dalam tahap konstruksi maupun perizinan.

Hanya, ditengarai pasar riil apartemen di Yogyakarta belum terbentuk, sehingga beberapa dari sejumlah 20 proyek tersebut terpaksa dikonversi menjadi kondominium hotel (kondotel). Satu di antaranya adalah apartemen di dalam kompleks pengembangan Sahid Yogya Lifestyle City yang dikembangkan Sahid Group.

Seluruh apartemen yang dijual sebanyak 543 unit diubah menjadi instrumen investasi kondotel yang akan dikelola oleh Sahid Hotels and Resorts.

"Kami memutuskan mengonversi apartemen menjadi kondotel karena peminatnya jauh lebih tinggi. Terbukti, seluruhnya sudah ludes terjual. Selain itu, secara teknis di lapangan, kami lebih berpengalaman mengelola properti hospitalitas ketimbang properti strata," buka Marketing Manager Sahid Yogyakarta Lifestyle City, Dani Limandani, kepada Kompas.com, Selasa (29/4/2014).

Selain itu, menurutnya pembeli lebih tertarik berinvestasi di kondotel karena tak perlu dipusingkan dengan pengelolaan dan urusan transaksi sewa menyewa. "Kondotel lebih praktis karena pengelolaan dilakukan secara profesional laiknya hotel oleh operator. Demikian halnya dengan pencarian calon penyewa. Operator yang memiliki data base pelanggan dapat menjamin unit-unit kondotel yang dibeli konsumen, dapat tersewa," jelas Dani.

Terlebih, dengan membeli unit kondotel, konsumen akan mendapatkan keuntungan ganda. Di samping keuntungan modal (capital gain), juga imbal hasil (yield) yang dihitung dari transaksi sewa dan tingkat hunian.

"Imbal hasil yang ditawarkan bahkan sangat bersaing. Mungkin bisa lebih tinggi dari bunga deposito, yakni sekitar 8 persen hingga 10 persen. Investor tinggal ongkang-ongkang kaki," tambah Dani.

Sementara apartemen, harus direpotkan dengan urusan perawatan gedung, pengelolaan gedung, dan juga pencarian penyewa. Selain itu, pasar sewa apartemen belum memperlihatkan aktivitas riil, karena sejauh ini para pembeli apartemen di Yogyakarta masih didominasi oleh investor asal Jakarta, Surabaya, Medan, Balikpapan, Makassar dan kota lainnya.

Meskipun tingkat hunian fasilitas akomodasi (hotel) anjlok 10 persen menjadi 62 persen, penawaran menggiurkan konsep kondotel tetap mampu menstimulasi pengembangan properti jenis ini. Selain Sahid Yogya Lifestyle City, terdapat juga Sun Premira, indoLuxe, Awana, The Palace, Alana, dan Innside-Melia.

"Kehadiran kondotel menambah jumlah pasokan fasilitas akomodasi di Yogyakarta. Hingga kuartal I 2014, terdapat 32 hotel bintang 3, 4, dan 5 eksisting dengan 4.200 kamar. Jumlah ini akan terus melonjak menjadi sekitar 92 hotel dalam dua tahun ke depan. Pasokan yang banyak ini berpotensi semakin mempercepat akselerasi penurunan tingkat hunian," cetus Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Daerah Istimewa Yogyakarta, Istidjab M Danunagara, Rabu (30/4/2014).


Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau