Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengejar Kebutuhan Ekspatriat yang Makin Menggeliat

Kompas.com - 29/03/2014, 16:07 WIB
Latief

Penulis

KOMPAS.com - Hingga saat ini, meskipun kepemilikan asing atas properti belum juga tuntas diatur dalam sebuah regulasi, minat ekspatriat memiliki properti di Indonesia masih sangat kuat. Salah satu contoh yang menggarap serius adalah PT Jababeka Tbk dan PT Plaza Indonesia Realty Tbk di kawasan Cikarang, Jawa Barat.

Berdasarkan data Kompas.com pada 2013 lalu, jumlah ekspatriat yang bekerja di Jababeka saja misalnya, sudah sebanyak 10.000 orang. Mereka berasal dari 300 negara. Jika digabungkan dengan ekspatriat di kawasan industri sejenis seperti MM2100, East Jakarta Industrial Park, atau Greenland International Industrial Park dan lainnya, jumlahnya tentu berkali-kali lipat.

Sayangnya, ketersediaan properti yang representatif dan dapat mengkomodasi kebutuhan mereka, masih terbatas. Untuk itulah, Jababeka dan PIR membangun proyek multiguna di lahan seluas 16 hektar (Baca: Ekspatriat, Potensi Menggiurkan di tengah Kebuntuan Regulasi).

Khusus di kawasan "segitiga emas Tangerang", yaitu Lippo Karawaci, Summarecon, serta Paramount Serpong, pengembang juga mengincar ceruk bisnis ini dengan mengembangkan apartemen dan hotel. Potensi bisnis apartemen dan hotel sangat tinggi untuk memenuhi kuatnya permintaan dari kalangan ekspatriat, terutama asal Jepang dan Korea Selatan, China, serta Eropa.

Salah satu pengembang yang tertarik masuk ke ceruk apartemen dan hotel tersebut adalah PT Mahakarya Agung Putera (MAP). Sukses meluncurkan apartemen Grand Eschol Residence beberapa waktu lalu, MAP bekerjasama dengan Archipelago International membangun kondotel Aston Karawaci City Hotel. Kondotel berkelas setara hotel bintang empat ini dirancang di lahan seluas 3.200 meter persegi.

Dengan menggelontorkan investasi Rp 300 miliar di luar biaya lahan, MAP berani bertarung di antara para pengembang besar sebelumnya seperti Lippo Karawaci, Summarecon, atau Paramount Serpong. Apalagi, MAP berani menggandeng Archipelago International yang merupakan salah satu operator hotel dengan portofolio lebih dari 75 hotel dan 12.000 kamar di Indonesia. Beberapa hotel dioperasikan Archipelago International itu misalnya Grand Aston, Aston, Aston City, Quest, Favehotel, NEO, dan banyak lagi.

"Contohnya sebuah apartemen yang dibuat oleh salah satu pengembang di kawasan ini. Pada bulan April 2011 lalu apartemen itu mereka jual seharga Rp 300 juta. Tahun ini, harga apartemen itu sudah Rp 700 juta. Jadi, potensi investasi inilah yang ingin kami tonjolkan di Aston Karawaci. Nanti, saat sudah topping off, saya yakin harganya bisa 50 persen, bahkan 100 persen," ujar General Manager MAP, Iwan Kumara, pada jumpa pers di Jakarta, Sabtu (29/3/2014).

Memang, seperti dipaparkan Kompas.com, kuatnya permintaan yang berasal dari ekspatriat, terutama Negara Jepang dan Korea Selatan, juga pernah diamini oleh Toyota Group. Mereka bahkan telah lebih dulu meneken PPJB dengan Lippo Karawaci atas lahan seluas 7.000 meter persegi di Cikarang guna didirikan apartemen servis untuk orang Jepang.

Selain ekspatriat asal Jepang dan Korea, pasar asing dengan potensi sama besarnya adalah ekspatriat China. Hal ini diungkapkan Direktur Lippo Karawaci Jopy Rusli. Ia mengatakan, para pekerja asal China mulai membanjiri Indonesia pasca semakin tumbuhnya investasi China di negara ini. Beberapa perusahaan China membuka pabrik di Cikarang dengan membawa profesionalnya dalam jumlah cukup signifikan.

"Ini keuntungan yang absolut, karena di belakang lahan kami pun ada beberapa lahan seluas 100 hektar sudah siap dibangun pengembang lain demi menangkap potensi pasar ekspatriat yang dominan di sini. Banyak pemain besar, yang karena mulai kehabisan lahan, lari ke arah pasar Kemis. Ini tentu keuntungan buat kami," tambah Iwan. 

Pendapat tersebut diperkuat oleh Vice President Sales & Marketing PT Archipelago International, Norbert Vas. Vas mengatakan, bahwa potensi okupansi hotel di kawasan segitiga emas Tangerang ini cukup menjanjikan. Berdasarkan riset Archipelago lewat jaringan hotelnya, perbedaan okupansi hotel di kawasan ini nyaris tak jauh berbeda dengan Jakarta.

"Di Semarang itu okupansinya 68 persen sampai 70 persen, sementara di Jakarta, terutama dari jaringan kami, yaitu Aston Ancol, mencapai 88 persen. Sementara di Serpong kami yakin bisa menembus 85 persen sampai 90 persen," ujar Vas.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau