Prediksi ini mengacu pada peningkatan harga jual yang cukup signifikan selama kuartal I tahun ini yakni sebesar 6,3 persen. Diikuti tarif sewa yang juga bergerak positif ke angka 5,2 persen.
Laporan HSBC Global Research memperkirakan tren pertumbuhan bakal terus berlanjut setidaknya untuk dua tahun ke depan yang dipicu pulihnya kondisi perekonomian Dubai dan reputasi sebagai tempat paling aman (stabil) untuk investasi.
HSBC mengesampingkan kemungkinan "turbulens" properti, karena pasar berkelanjutan dan menuju pertumbuhan yang sehat. Laporan ini juga menyebutkan bahwa akan ada pasokan 90.000 unit baru hingga 2018 mendatang. Meski sebanyak itu, namun tidak akan mengakibatkan over supply karena sebagian unit rumah baru akan terserap seiring pertambahan populasi.
HSBC juga meyakinkan bahwa siklus puncak belum tercapai. Pasar akan terus menyerap penambahan pasokan selama beberapa tahun ke depan. Bahkan pada tingkat pertumbuhan penduduk kurang dari lima persen. Dubai sendiri membutuhkan tambahan jumlah penduduk sebesar 300.000 jiwa pada empat tahun ke depan agar semua pasokan baru terserap.
Pembeli asing
Selain pasokan dan permintaan, investasi asing juga mengalami akselerasi peningkatan pesat di kota ini dan terbuka kemungkinan untuk terus berlanjut. HSBC berasumsi, 30 persen pasokan baru ini akan dibeli oleh orang asing yang berniat untuk menggunakannya sebagai rumah kedua.
Menurut Dubai Land Department, para investor asing terbanyak yang membeli properti di kota kedua terbesar Uni Emirat Arab ini berasal dari India, Inggris, dan Pakistan. Pembelian oleh investor tersebut mengalami lonjakan dua kali lipat pada tahun 2013. Transaksi yang terbukukan senilai Rp 733,4 triliun. Jumlah ini meroket 53 persen dari tahun sebelumnya sebesar Rp 478,6 triliun.
Secara keseluruhan, pembeli dari 140 negara menginvestasikan uangnya sejumlah Rp 214,3 triliun di properti Dubai pada 2013. Pembeli asal India memborong properti sebanyak Rp 55,9 triliun, pembeli Inggris dan Pakistan berada di peringkat kedua dan ketiga masing-masing senilai Rp 32,3 triliun, dan Rp 26,7 triliun.