Namun, sayangnya, kemajuan tersebut tidak diimbangi dengan pembangunan infrastruktur. Kondisi infrastruktur ibukota dinilai sangat terbelakang, sehingga menyulitkan bertumbuhnya investasi di sektor lain.
CEO Leads Property Indonesia, Hendra Hartono, mengutarakan hal tersebut terkait agresifnya investasi asing asal China di sektor properti Jakarta, kepada Kompas.com, Rabu (2/4/2014).
"Jika kondisi infrastruktur masih seperti sekarang, bukan tidak mungkin Jakarta akan kehilangan momentum sebagai kota yang bertumbuh dan bertransformasi menjadi sekelas kota global lainnya di dunia dengan properti berkualitas," ujar Hendra.
Seharusnya, lanjut Hendra, pemerintah mengarahkan para investor tersebut untuk membantu pengembangan infrastruktur, pelabuhan, jalan tol, bandara, mass rapid transit (MRT) dan lain sebagainya. Hal tersebut dinilai lebih memudahkan investasi lainnya, ketimbang harus bersaing dengan pemain properti lokal semata.
"Pasalnya, Jakarta sudah sangat terbelakang infrastrukturnya, bahkan bila dibandingkan dengan India. Pemerintah jangan hanya mengakomodasi investasi dan mengarahkannya hanya untuk sektor properti dengan konsentrasi area di CBD saja. Seharusnya juga ke kawasan lainnya. Jangan sampai kejadian investasi di India terulang di Indonesia karena kondisi infrastruktur kita mirip dengan India. Investor kabur, dan India kehilangan momentum," tandas Hendra.
Sebaliknya, jika pemerintah berkonsentrasi memperbaiki dan menambah infrastruktur demi kelancaran arus modal asing masuk ke dalam negeri, maka sektor properti Indonesia akan mengalami booming dan mencapai momentum puncaknya berkali-kali.
"Selain itu, dampaknya akan sangat luas bagi kemajuan sektor properti Indonesia. Bagus juga buat pendanaan pengembang properti lokal dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas produk properti. Dengan begitu, produk pengembang kita bisa naik kelas, dan disejajarkan dengan produk internasional lainnya," pungkas Hendra.
Diberitakan sebelumnya, kurun 2012-2013, terjadi penurunan pembangunan properti yang dikerjakan pengembang (investor) asing yang masuk kategori foreign direct investment (FDI). Penurunan mencapai 57 persen yang disebabkan ketidakpastian ekonomi India.
Ditambah lagi banyaknya pasok rumah baru yang tidak terserap. Sebaliknya, pembangunan infrastruktur justru baru dimulai sehingga memperparah kondisi pasar properti India.
Properti sendiri berkontribusi sebesar 11 persen dari total FDI India antara April 2000 hingga Juni 2013.