JAKARTA, KOMPAS.com - Pergeseran perilaku konsumsi produk properti mulai menunjukkan ketidakpercayaan konsumen pada pengembang yang menawarkan properti hanya berbekal gambar desain. Namun, bukan berarti semua calon konsumen anti pada properti inden.
Beberapa calon konsumen properti yang mengunjungi Properti Expo 2014 di JCC, Jakarta, pada Sabtu (15/2/2014) mengaku pada Kompas.com bahwa mereka rela membeli properti inden, asalkan dibuat oleh pengembang ternama.
Firman dan Ega, pasangan suami-istri yang kini masih mengontrak di Cibubur mengaku tidak keberatan menanggapi penawaran properti inden. Terutama, jika penawaran tersebut dibangun oleh pengembang ternama dan tepercaya. Ega mengungkapkan, penawaran properti inden pun biasanya disertai dengan harga yang cukup "miring" jika dibandingkan dengan properti ready stock. "Kami tidak masalah. Terutama, karena uang mukanya bisa dicicil lebih lama," ujarnya.
Hal senada disampaikan oleh Mia. Saat ini, Mia dan keluarganya tengah mencari rumah di kawasan BSD City dengan harga sekitar Rp 1 miliar. Menurutnya, pengembangan area yang lengkap, dengan tolok ukur tersedianya sekolah, pusat perbelanjaan, dan bahkan perkantoran sangat menarik. Karena itu, jika ada properti inden di lokasi tersebut, dia tidak serta-merta menolak. "Selama pengembangnya bonafid, tidak apa-apa. Kalau rekam jejaknya buru atau mungkin pengembang baru, saya tidak mau," ujarnya.
Suami-istri Syaiful dan Silvy pun tidak keberatan membeli properti inden. Pasangan yang ingin membeli properti untuk investasi di daerah Bogor tersebut mengaku berkecimpung di dunia perbankan dan tahu persis regulasi menyangkut properti. Mereka bisa berhati-hati dalam menghadapi penawaran properti. Selain itu, rekam jejak positif dari pengembang yang menawarkan produk properti, lebih mudah mereka percayai.
Kredibilitas pengembang dan progres pembangunan proyek di lapangan jelas mampu meluluhkan hati para calon konsumen. Namun, ada pula konsumen yang punya pendapat berbeda. Tiwi, misalnya, tidak keberatan membeli properti inden dari pengembang yang belum ternama. Selama properti yang ditawarkan tersebut harganya murah dan dia bisa percaya pada sang pengembang, Tiwi merasa tidak masalah. Tiwi kini tinggal di Jatibening dan berminat membeli rumah untuk investasi.
Hal yang jauh berbeda disampaikan oleh Lina. Perempuan paruh baya ini kini tengah mencari properti untuk anaknya di daerah Jakarta Selatan. Karena sudah pernah menyaksikan keluarganya ditipu pengembang, Lina enggan membeli properti inden, meski pengembangnya terkenal. Dia hanya akan membeli properti ready stock, terutama bila dalam satu area sudah ada yang menempati. "Yang pasti, tidak langsung membeli. Datangi dulu lokasi proyeknya, perhatikan betul-betul, dan tanya pada penghuni area tersebut," tekannya.