Ketika prakarsa pembangunan Museum Tsunami Aceh mencuat, tekad bangkit kembali dari keterpurukan menjelma menjadi kekuatan kolektif.
Menurut arsitek yang berbasis di Banda Aceh, Rachmatsyah Nusfi, pengembangan Museum Tsunami merupakan representasi komprehensif atas ketabahan, kesabaran, sekaligus kekuatan masyarakat Aceh untuk melanjutkan kehidupan.
"Museum Tsunami merupakan simbol yang tidak sebatas pada terbentuknya pigura kenangan, melainkan juga sebuah kekuatan dengan dimensi lebih luas dalam memengaruhi kehidupan keseharian masyarakat Aceh yang disiplin mau bekerja keras serta religius," jelasnya.
Langgam arsitekturalnya mengadopsi rumah panggung (rumoh aceh) setempat yang dipadukan dengan gaya modern. Museum Tsunami terdiri atas struktur empat lantai dengan luas 6.000 meter persegi. Fasadnya terbilang unik, berupa dinding yang melengkung dan dilapisi relief geometris.
Pengunjung dapat mengakses museum ini melalui lorong sempit dan gelap di antara dua dinding air yang tinggi. Dua dinding air ini dirancang untuk menciptakan kembali suasana dan kepanikan saat tsunami. Dinding museum dihiasi gambar penari Saman.
Di museum juga ada terowongan yang menggambarkan suasana dukacita dan dinamakan dengan tunnel of sorrow, memorial hall, dan amfiteater. Ruang paling atas (atap) didesain berbentuk elips yang ditanami rumpung dan berfungsi sebagai escape building hill. Dari atap ini, kita dapat melihat Kota Banda Aceh.
Konsep escape building hill ini memungkinkan museum tsunami berperan sebagai tempat perlindungan dari bencana serupa pada masa depan.
Saat peringatan tsunami seperti hari ini, menurut Nusfi, pengunjung yang datang ke museum senilai Rp 67,8 miliar ini lebih banyak dari biasanya. Mereka tak hanya berasal dari Aceh, juga seluruh Indonesia, bahkan dari mancanegara.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.