Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pengembang China Ogah Investasi di Dalam Negeri!

Kompas.com - 21/09/2013, 13:44 WIB
Hilda B Alexander

Penulis

Sumber Reuters
BEIJING, KOMPAS.com - Pengembang properti China memiliki dana lebih dari 25 miliar dollar AS atau setara Rp 283,1 triliun dalam bentuk tunai. Akan tetapi mereka enggan menghabiskannya di pasar China, hingga mereka merasa yakin pasar properti akan kembali stabil.

Mereka lebih memilih membelanjakan uangnya di luar negeri, mengakuisisi proyek-proyek yang butuh modal atau berekspansi membangun proyek baru. Pilihan ini membuat total belanja di wilayah ASia Pasifik melonjak 6,6 persen. Sebaliknya di pasar domestik justru melorot 11 persen.

Dalam delapan bulan pertama tahun 2013, perusahaan pengembangan dan manajemen properti China, termasuk pemain utamanya seperti Shimao Property Holdings dan Greentown China Holdings, mengumpulkan lebih dari 16 miliar dollar AS (Rp 181,2 triliun) yang berasal dari obligasi dan pinjaman luar negeri. Jumlah ini merupakan 36 persen dari total komposisi dana 76 perusahaan properti China.

Kehati-hatian pengembang patut dimafhumi. Sebab, pasar China masih mengalami gejolak yang dipicu oleh kenaikan suku bunga dan potensi kebijakan pemerintah guna meredam pasar properti.

"Situasi keuangan kami cukup sehat, tetapi kami memiliki kekhawatiran krisis kredit di industri ini. Kami telah memecahkan masalah dan berada pada situasi yang sangat stabil. Akan tetapi, masalah perusahaan lain secara tidak langsung akan berpengaruh. Itu semua saling berhubungan," kata Fung Ching Simon, Chief Financial Officer Greentown China Holdings.

Dua pengembang terbesar China yakni Evergrande dan Greentown memperlihatkan peningkatan lebih dari 50 persen pada kas dan setara kas selama paruh pertama tahun ini. Penjualan yang kuat di luar negeri ikut mendorong kinerja keuangan mereka.

"Kami memperluas saluran pendanaan kami ke pasar luar negeri sehingga tidak akan terpengaruh oleh kondisi domestik seburuk sebelumnya," kata Fung.

Menurut Chief Financial Office Evergrande, Tse Wai Wah, pengetatan kondisi kredit bisa berdampak pada akuisisi lahan oleh perusahaan properti.

"Likuiditas telah ketat sejak Juni. Bank masih perlu melakukan bisnis dan akan meminjamkan tetapi mereka akan melakukannya selektif. Dampak (kredit ketat) akan terasa bagi pengembang skala kecil," ujar Wah.

"Kita bisa melihat pengembang lokal yang lebih kecil tergoda untuk menjual kepada pengembang besar nasional atau pemain Hong Kong. Kita akan melihat konsolidasi lebih di sektor properti China, seperti yang kami lakukan di sektor perbankan," kata Guy Stear, analis Societe Generale di Hong Kong.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau