Menurut hasil riset Leads Property Indonesia, pertumbuhan harga kuartal II 2013 merupakan yang tertinggi, yakni 9,13 persen dibanding kuartal I. Di luar CBD, apartemen di wilayah Timur Jakarta mencatat lonjakan harga paling signifikan sebesar 14,88 persen per kuartal, yakni Rp 14,2 juta per meter persegi atau 37,36 persen bila dikomparasikan dengan harga jual tahun lalu.
Sementara kawasan pusat bisnis terpadu (commercial business district/CBD) tetap mempertahankan performanya pada kondisi stabil menanjak. Harga rerata apartemen di CBD menembus angka Rp 34,5 juta per meter persegi dengan pertumbuhan 11,18 persen per triwulanan dan 43,72 persen per tahun.
CEO Leads Property Indonesia, Hendra Hartono, mengatakan, pertumbuhan positif akan terus berlanjut pada semester dua hingga akhir tahun nanti, baik pertumbuhan pasok, permintaan, maupun harga.
"Pertumbuhan pasok akan datang secara merata dari seluruh wilayah Jakarta. Sementara pertumbuhan permintaan akan terjadi di wilayah barat Jakarta dengan persentase mencapai 3 persen per kuartal dan lonjakan harga akan terasa di timur Jakarta," jelas Hendra kepada Kompas.com, di Jakarta, Jumat (23/8/2013).
Data Leads menunjukkan, harga aktual apartemen kelas menengah bawah sudah berada pada level Rp 14,5 juta per meter persegi, kelas menengah dan menengah ke atas serentang Rp 15 juta-Rp 23 juta per meter persegi, sedangkan apartemen kelas atas melesat ke angka Rp 23 juta-Rp 30 juta meter persegi.
Selain apartemen kelas atas, lanjut Hendra, Jakarta juga diwarnai fenomena apartemen mewah. Harga jual rerata apartemen yang ditawarkan secara eksklusif ini mencapai lebih dari Rp 35 juta per meter persegi.
Melejitnya harga jual apartemen tak lain disebabkan oleh beberapa faktor. Selain didorong pertumbuhan permintaan baik dari end user maupun investor, keterbatasan pasok (apartemen eksisting baru 90.000 unit), juga harga lahan, khususnya di lokasi-lokasi strategis.
Saat ini, harga lahan di wilayah barat Jakarta, terutama kawasan premium seperti Puri Indah dan Puri Kembangan, mencapai Rp 30 juta per meter persegi. Wilayah timur Jakarta sekitar Rp 15 juta-Rp 20 juta per meter persegi, terutama di jalur-jalur yang dilalui moda trasnportasi publik. Sementara angka lebih tinggi dicapai wilayah selatan dan pusat. Di titik-titik strategis dengan pengembangan properti masif, harganya Rp 40 juta hingga Rp 50 juta per meter persegi.
Head of Research Jones Lang LaSalle, Anton Sitorus, memberikan analisis bahwa akselerasi harga terjadi jauh lebih cepat dari perkiraan karena pertumbuhan permintaan juga melesat tajam. "Permintaan diperkirakan akan terus meningkat dan memicu pertumbuhan harga secara signifikan hingga 2-3 tahun mendatang," ujar Anton.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.