Menurut laporan konsultan properti CBRE, pertumbuhan tersebut menempatkan Negeri Paman Sam ini memimpin sektor perkantoran dunia. Bahkan bila dibandingkan dengan Asia Pasifik yang telah sepenuhnya pulih dari krisis keuangan, AS masih lebih unggul dengan valuasi 5,3 persen. Angka ini melebihi masa puncak sebelum krisis 2008.
Selain itu, indeks Amerika mengungguli index regional lainnya, tumbuh 2 persen pada kuartal II. Sehingga secara keseluruhan selama paruh pertama tahun ini mencapai kenaikan 6,2 persen dibanding periode yang sama tahun lalu. Investor Asia, tercatat, paling aktif berkiprah di AS selama satu semester ini.
"Rendahnya tingkat pengembalian yang berlaku di seluruh kelas aset pendapatan tetap lainnya, bahkan dengan peningkatan suku bunga jangka panjang, tak membuat investor gentar. Mereka tetap bersedia membayar harga lebih tinggi demi kenaikan pendapatan di tengah membaiknya pasar properti komersial," ujar CBRE.
Aset premium di pasar-pasar utama seperti New York, Boston dan San Francisco terus menarik investor yang bersedia menerima imbal hasil lebih rendah namun aman dan likuid. Investor juga semakin kepincut melirik pasar Texas, termasuk Houston, Austin, Dallas dan San Antonio. Daerah-daerah ini dinilai prospektif dan potensial mengalami pertumbuhan di masa depan.
Sementara pasar Eropa, justru melambat pada kuartal kedua dan hanya mencetak pertumbuhan sebesar 1,8 persen lebih tinggi dari tahun lalu. Pertumbuhan ini terjadi di Dublin dan Zurich. Spanyol, Italia dan Perancis justru mengalami penurunan.
Untuk aktifitas sewa, secara global relatif belum terjadi perubahan. Lambatnya pemulihan ekonomi dunia menghambat pertumbuhan sewa. Namun begitu, menurut Raymond Torto, Kepala Riset Global CBRE, harga sewa tetap stabil, karena terbatasnya ketersediaan ruang perkantoran di sebagian besar wilayah dunia.