Pertanyaan menggelitik tadi ditulis oleh seorang kolomnis Bloomberg, Samantha Debianchi. Ia juga mempertanyakan apakah nilai sebuah rumah mewah semahal itu dan layak dihargai sangat tinggi?
Rumah mewah dipandang sebagai lebih dari sekadar properti tempat tinggal. Rumah mewah juga sebagai representasi portofolio kesuksesan, prestis, dan kemapanan hidup. Ia menjadi sangat berharga dan bernilai ketika dikembangkan di sebuah kawasan elit dengan tingkat popularitas luar biasa. Menteng dan Pondok Indah adalah contoh kawasan elit tempat bermukimnya rumah mewah seharga belasan hingga puluhan miliar rupiah.
Jadi, menurut Samantha, rumah mewah lebih dari sebuah berlian. Dalam rumah mewah akan terdapat ide-ide dan imajinasi tak terukur, tak terbatas dan tak terbeli. Tapi, bagaimana seseorang berpikir rasional ketika membeli properti seperti itu? Pembeli rumah mewah adalah mereka yang berpikir secara global. Paradigmanya tidak selalu tentang apa yang terjadi di sekitar lingkungan, melainkan apa yang terjadi di seluruh dunia.
Dengan pengecualian pada lokasi karena intervensi pemerintah yang kuat, nilai perumahan mewah mungkin akan mengikuti barang mewah, bukan pasar perumahan secara umum. Dan ia tetap kebal terhadap tren ekonomi dan politik.
Orang kaya tidak memikirkan rumah mewah sebagai investasi jangka panjang. Mereka pasti akan membelinya tanpa memandang seberapa kuat pertumbuhan ekonomi suatu kawasan atau negara tempat di mana properti tersebut berada. Karena pada dasarnya, hunian mewah menciptakan kategorinya sendiri dalam sektor properti. Orang kaya semakin kaya dengan tingkat kekayaan semakin pesat pertumbuhannya. Jauh meninggalkan pertumbuhan sektor properti itu sendiri.