JAKARTA, KOMPAS.com - Instalasi bambu Getih Getah di Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta Pusat dibongkar pada Rabu (17/7/2019) malam setelah bertahan selama 11 bulan.
Instalasi hasil karya seniman Joko Avianto dibuat khusus untuk menyambut perhelatan Asian Games 2018, dan diresmikan oleh Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan pada 16 Agustus 2018 lalu.
Kepala Dinas Kehutanan, Pertamanan dan Pemakaman Provinsi DKI Jakarta Suzi Marsitawati mengungkapkan, instalasi bambu tersebut dibongkar karena sudah mulai rapuh akibat cuaca.
Sementara seniman instalasi, Joko Avianto mengatakan daya tahan karya seninya tersebut tergantung pada lokasi dan lingkungan.
Ia menyebut karya seninya lebih panjang umur di kota lain dibandingkan Jakarta yang kualitas udaranya buruk. Menurutnya polusi memengaruhi kualitas bambu yang menyerap udara sekitarnya.
Lalu bagaimana cara merawat struktur berbahan dasar bambu?
Bambu merupakan salah satu material yang berkembang saat ini. Arsitek I Made Wirahadi Purnawan atau akrab disapa Chiko Wirahadi mengatakan, hal ini tak lepas dari adanya tren eco friendly building yang sedang menjamur.
Bahkan Chiko mengungkapkan, material bambu baik digunakan sebagai pengganti bahan baku konvensional.
Meski begitu, bahan baku ini juga memerlukan perhatian khusus. Arsitek Andrea Fitrianto menuturkan, sama seperti material lainnya, bambu harus terlindung dari cuaca dan kelembaban.
"Bambu sama seperti material organik lain, harus terlindung dari cuaca dan kelembaban," ujar Andrea kepada Kompas.com (26/10/2018).
Sebelum didirikan pada fondasi, bambu sebaiknya tidak langsung ditancapkan dan menempel pada tanah.
Ketinggian ini bisa bervariasi tergantung rancangan bangunan. Andrea melanjutkan, jarak struktur dengan tanah minimal 40 sentimeter.
Sementar Chiko menyarankan, struktur bambu sebaiknya diberi fondasi berbahan beton.
Hal ini dilakukan kelembaban tanah tidak menjalar ke bambu. Kelembaban dapat merusak struktur sehingga dengan membuat jarak, dapat membuat struktur terhindar dari rayap yang merusak.