Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Getih Getah Dibongkar karena Rapuh, Begini Cara Merawat Bambu

Kompas.com - 18/07/2019, 20:27 WIB
Rosiana Haryanti,
Hilda B Alexander

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Instalasi bambu Getih Getah di Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta Pusat dibongkar pada Rabu (17/7/2019) malam setelah bertahan selama 11 bulan.

Instalasi hasil karya seniman Joko Avianto dibuat khusus untuk menyambut perhelatan Asian Games 2018, dan diresmikan oleh Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan pada 16 Agustus 2018 lalu.

Kepala Dinas Kehutanan, Pertamanan dan Pemakaman Provinsi DKI Jakarta Suzi Marsitawati mengungkapkan, instalasi bambu tersebut dibongkar karena sudah mulai rapuh akibat cuaca. 

Sementara seniman instalasi, Joko Avianto mengatakan daya tahan karya seninya tersebut tergantung pada lokasi dan lingkungan.

Ia menyebut karya seninya lebih panjang umur di kota lain dibandingkan Jakarta yang kualitas udaranya buruk. Menurutnya polusi memengaruhi kualitas bambu yang menyerap udara sekitarnya.

Lalu bagaimana cara merawat struktur berbahan dasar bambu?

Karya seni bambu bernama Getih Getah yang terletak di Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta Pusat menjadi daya tarik pengunjung hari bebas kendaraan bermotor atau car free day, Minggu (19/8/2018).Kompas.com/Sherly Puspita Karya seni bambu bernama Getih Getah yang terletak di Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta Pusat menjadi daya tarik pengunjung hari bebas kendaraan bermotor atau car free day, Minggu (19/8/2018).
Merawat bambu

Bambu merupakan salah satu material yang berkembang saat ini. Arsitek I Made Wirahadi Purnawan atau akrab disapa Chiko Wirahadi mengatakan, hal ini tak lepas dari adanya tren eco friendly building yang sedang menjamur.

Bahkan Chiko mengungkapkan, material bambu baik digunakan sebagai pengganti bahan baku konvensional.

Meski begitu, bahan baku ini juga memerlukan perhatian khusus. Arsitek Andrea Fitrianto menuturkan, sama seperti material lainnya, bambu harus terlindung dari cuaca dan kelembaban.

"Bambu sama seperti material organik lain, harus terlindung dari cuaca dan kelembaban," ujar Andrea kepada Kompas.com (26/10/2018).

Sebelum didirikan pada fondasi, bambu sebaiknya tidak langsung ditancapkan dan menempel pada tanah.

Jembatan bambu di Kota Solo, hasil karya Architecture Sans Frontières IndonesiaKompas.com/ROSIANA HARYANTI Jembatan bambu di Kota Solo, hasil karya Architecture Sans Frontières Indonesia
Menurut Andrea, bangunan berbahan bambu sebaiknya dibuat dengan bentuk umpak atau panggung.

Ketinggian ini bisa bervariasi tergantung rancangan bangunan. Andrea melanjutkan, jarak struktur dengan tanah minimal 40 sentimeter.

Sementar Chiko menyarankan, struktur bambu sebaiknya diberi fondasi berbahan beton.

Hal ini dilakukan kelembaban tanah tidak menjalar ke bambu. Kelembaban dapat merusak struktur sehingga dengan membuat jarak, dapat membuat struktur terhindar dari rayap yang merusak.

Selain itu, setiap tiga tahun sekali, pemilik harus melakukan recoating untuk menjaga bilah bambu tetap terjaga.

Kemudian pada kedua sisi bambu harus ditutup agar tidak menjadi sarang berbagai binatang seperti tikus maupun ular.

Cara lainnya adalah produsen atau perajin bambu bisa menggunakan racun tikus atau jangkrik untuk mencegah bilah-bilah bambu digunakan sebagai sarang.

Ilustrasi bambuKompas.com/ROSIANA HARYANTI Ilustrasi bambu
Namun sebelum digunakan, bambu yang akan dipotong harus mencapai usia yang sesuai.

Menurut arsitek yang juga mengembangkan konstruksi bambu ini mengungkapkan, batang bambu dapat digunakan bila sudah mencapai usia kira-kira 2 sampai 5 tahun.

Chiko melanjutkan, pemotongan bambu juga harus memerhatikan musim. pada saat musim hujan, rebung mulai tumbuh, sehingga pada masa ini kandungan air pada bambu mencapai puncaknya.

"Bulan Desember-Januari enggak baik (untuk pemotongan bambu)," ucap Chiko.

Dia menambahkan, pada masa peralihan atau kira-kira pada bulan September merupakan waktu yang pas untuk memotong bambu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau