JAKARTA, KOMPAS.com - Ratusan rumah di bantaran Sungai Jeneberang, Kabupaten Gowa, dan Makassar, Sulawesi Selatan, terendam banjir, Selasa (22/1/2019).
Dirjen Sumber Daya Air Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Hari Suprayogi mengatakan, curah hujan ekstrem telah mengakibatkan naiknya Tinggi Muka Air (TMA) Bendungan Bili-Bili.
Hari menambahkan, lonjakan TMA bendungan terjadi sejak Senin malam (21/1/2019).
“Langkah-langkah yang telah dilakukan akibat terjadinya peningkatan TMA Bendungan Bili-Bili sudah sesuai SOP Bendungan. TMA +101.87 meter menjadi elevasi tertinggi dalam catatan pengoperasian Bendungan Bili-Bili,” kata Hari dalam keterangan tertulis, Rabu (23/1/2019).
Baca juga: Cegah Banjir di Kota Bima, Normalisasi Sungai Dilanjutkan
Dari data yang dihimpun di tiga pos curah hujan pada Selasa (22/1/2019), curah hujan di Pos Limbungan tercatat 328 mm, Pos 1 (Bawakaraeng) sebesar 308 mm dan Pos Lengkese tercatat sebesar 329 mm.
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) melalui Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Pompengan Jeneberang, Ditjen Sumber Daya Air terus melakukan pemantauan secara intensif terhadap elevasi air Bendungan Bili-Bili yang berada di di Kabupaten Gowa, Provinsi Sulawesi Selatan.
Bendungan Bili-Bili adalah bendungan terbesar di Sulawesi Selatan yang terletak di Kabupaten Gowa. Bendungan Bili-Bili dibangun mulai tahun 1991 hingga tahun 1999.
Bendungan dengan luas 40.428 hektar dan kapasitas tampung 375 juta meter kubik ini dibangun dengan biaya Rp 780 miliar.
Bendungan Bili-Bili dibangun untuk mengurangi risiko banjir di Kota Makassar dan sekitarnya akibat luapan air Sungai Jeneberang di bagian hilir.
Bendungan Bili-Bili juga menjadi sumber air untuk irigasi dan air baku bagi Perusahaan Daerah Air Minum (PDM) Gowa dan Makassar.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.