KOMPAS.com - Bandara Tempelhof di Berlin yang telah ditutup pada 2008 lalu masih beroperasi hingga kini.
Namun, lahan bekas bandara ini tidak difungsikan sebagai landasan pacu, tetapi sebagai lokasi wisata bagi masyarakat setempat.
Bandara yang dibuka pada tahun 1940-an atau sejak zaman Hitler masih berkuasa ini berubah fungsi menjadi area bermain dan berkumpul penduduk Kota Berlin.
Landasan pacu yang dulunya menjadi tempat lepas landas diubah sebagai arena sepeda dan sepatu roda.
Selain itu, masyarakat juga bisa menikmati pemandangan sekeliling bandara dengan berjalan di sekeliling bandara.
Baca juga: Paul Andreu, Perancang Bandara Internasional Soekarno-Hatta Tutup Usia
Sedangkan bagian dalam bangunan, menjadi ruang pameran privat. Tidak semua pengunjung diperbolehkan masuk ke area ini, dan hanya beberapa orang yang telah mendapatkan izin saja yang boleh memasukinya.
Melansir Architectural Digest, rencananya, bandara ini akan dibuka kembali sebagai tempat pameran dan pertunjukan kesenian.
Masyarakat setempat menyebutnya Berlin Creative District, dan diklaim akan menyerupai New York Meatpacking District atau Brompton Design District di London.
"Distrik ini menyambut pembukaan kembali bandara sebagai pusat kreativitas di kota," ujar CEO Tempelhof Projekt, Jutta Heim-Wenzler.
Sebelumnya, bandara pernah difungsikan sebagai pangkalan bagi Angkatan Udara Amerika Serikat dari tahun 1942 hingga 1993.
Sedangkan selama perang dingin, tempat ini menjadi satu-satunya bandara yang menghubungkan Berlin Barat dengan dunia luar. Bahkan hanya orang-orang kaya dan terkenal saja yang mampu keluar masuk wilayah ini.
Kini bandara yang juga pernah menjadi hotel bagi tentara AS ini akan disulap menjadi pusat inovasi digital, lengkap dengan ruang kerja komunal bagi perusahaan rintisan, institusi kreatif, dan studio bagi seniman.
Museum yang diberi nama Allied Museum ini akan berisi cerita mengenai usaha tentara ghabungan Inggris, Perancis, dan AS dalam menumpas Nazi.
Baca juga: Bandara Changi Hadirkan Jewel, Pusat Ritel Gaya Hidup