JAKARTA, KOMPAS.com - Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menangkap Direktur Operasional Lippo Group Billy Sindoro, setelah ditetapkan sebagai tersangka, Senin (15/10/2018).
Billy disangka menyuap Bupati Bekasi Neneng Hassanah Yasin dan sejumlah kepala dinas Pemerintah Kabupaten Bekasi, terkait perizinan proyek kota baru Meikarta di Cikarang, Bekasi, Jawa Barat.
Selain Billy, KPK juga menetapkan tiga orang lainnya sebagai tersangka pemberi suap. Mereka adalah Taryudi dan Fitra Djaja Purnama yang merupakan konsultan Lippo Group, serta satu tersangka pemberi suap lainnya adalah Henry Jasmen selaku pegawai Lippo Group.
Menurut KPK, Bupati Bekasi Neneg dan para kepala dinas dijanjikan uang Rp 13 miliar oleh Lippo Group. Hanya, belum seluruhnya uang tersebut diserahkan, baru senilai Rp 7 miliar.
Berbicara tentang Meikarta, Kompas.com mengumpulkan sejumlah fakta terkait proyek jumbo ini.
Berikut faktanya:
Proyek ini diperkenalkan kepada publik pada 4 Mei 2017. Menempati area seluas 500 hektar, melalui proses penguasaan lahan yang diklaim Lippo sudah dimulai sejak 1990-an.
Chairman Lippo Group James Riady merencanakan pembangunan 100 gedung dengan ketinggian masing-masing 35 lantai.
Ke-100 gedung itu terbagi dalam peruntukkan hunian 250.000 unit, perkantoran strata title, 10 hotel bintang lima, pusat belanja dan area komersial seluas 1,5 juta meter persegi.
"Khusus untuk perumahannya, kami membidik segmen kelas menengah. Harga hunian yang kami patok Rp 12,5 juta per meter persegi," tutur James.
Baca juga: Lippo Kembangkan Meikarta Senilai Rp 278 Triliun
James menargetkan, pengembangan Meikarta tahap pertama selesai dalam waktu tiga tahun.
Dia optimistis target ini bakal tercapai mengingat sebagian atau 50 gedung sudah terbangun dan akan mulai digunakan pada 2018.
Gedung-gedung tersebut di antaranya merupakan apartemen servis, hotel, dan apartemen strata title yang dikerjasamakan secara patungan modal dengan perusahaan Jepang yakni Mitsubishi, Toyota, dan Mitsui.
Jika keseluruhan proyek Meikarta ini rampung dalam kurun 20 tahun ke depan, James memperkirakan nilainya bakal mencapai Rp 278 triliun.
"Untuk investasi, dananya berasal dari kelompok usaha Lippo, pra-penjualan, dan kemitraan investasi dengan investor global," kata James.
Megaproyek yang diprediksi menjadi pesaing Pantai Indah Kapuk (PIK) di utara Jakarta ini, rupanya memiliki filosofi tersendiri pada namanya.
Chairman Lippo Group James Riady mengungkapkan, nama Meikarta terinspirasi dan dipersembahkan khusus kepada sang mama dan Jakarta.
"Mei nama mama saya, karta diambil dari nama Jakarta. Jadi, ini merupakan kota baru, terobosan baru yang berbeda," ujar James saat jumpa pers di Aryaduta Hotel, Kamis (4/5/2017).
Baca juga: Meikarta, Persaingan Dua Naga, dan Lemahnya Peran Pemerintah
James mengklaim, Meikarta merupakan inisiatif besar dalam membangun Jakarta baru dengan desain dan infrastruktur berkelas internasional.
Karena itu, Meikarta dirancang oleh konsultan-konsultan arsitektur dan perencana asing dengan harapan dapat bersaing di kawasan regional Asia Tenggara
Bahkan, beberapa lokasi strategis di jalanan tak luput dari lokasi pemasangan iklan below the line.
Lembaga riset pemasaran Nielsen mengungkap, sepanjang 2017 belanja iklan di Tanah Air terdongkrak. Salah satunya berkat kontribusi Meikarta yang mencapai lebih dari Rp 1,5 triliun.
"Untuk sektor properti, belanja iklan dari Meikarta ini memang belum pernah kita lihat sebelumnya," terang Executive Director, Head of Media Business, Nielsen Indonesia, Hellen Katherina, melalui keterangan resminya, Kamis (8/2/2018).