JAKARTA, KOMPAS.com – Desain bangunan yang mengakomodasi faktor lingkungan dan sosial menjadi perhatian bagi biro arsitek WOHA Architects.
Sofwan, seorang arsitek di perusahaan arsitektur yang bermarkas di Singapura ini, mengatakan bahwa di setiap proyek desain yang ditangani, pihaknya berusaha memikirkan konsep desain yang memperhatikan lingkungan sekaligus tanggung jawab sosial untuk orang yang menempati bangunan itu.
“Tujuan kami banyak fokus ke environmental design dan mengarah ke social responsibility, yaitu komunitas atau orang-orang yang tinggal di dalamnya,” ucap Sofwan saat berbincang dengan Kompas.com, Jumat (12/10/2018) di Jakarta.
Baca juga: Arsitek Indonesia Jago Kandang
Dia mengaku ingin menerapkan desain universal dalam setiap bangunan yang dirancang agar bisa digunakan oleh orang yang sehat dan sakit. Maksudnya, orang yang memiliki fisik yang sempurna dan orang yang fisiknya terbatas alias disabilitas.
Maka dari itu, bangunan yang dibuat harus bisa diakses oleh semua orang sekaligus dilengkapi sistem yang berkelanjutan dan mengurangi pemborosan konsumsi energi, misalnya listrik dan bahan bakar.
“Semua fasilitas mesti accessible, bangunan juga mesti bisa menghidupi dirinya sendiri, artinya sustainable. Misal sistem pengairan atau harvesting, dari air hujan dimanfatkan untuk menghidupi tanaman di bangunan itu,” tutur dia.
Prinsip penghematan bahan bakar itu diterapkan misalnya dalam pembangunan proyek Alila Villas Uluwatu di Bali. Material bangunan yang digunakan di hotel itu paling jauh didatangkan dari Pulau Jawa.
Sebab, jika materialnya dari luar negeri, tentu akan membutuhkan biaya transportasi dan bahan bakar yang lebih banyak dibanding dari daerah di sekitar Bali.
Sofwan menambahkan, WOHA telah menggarap desain banyak bangunan yang terletak di berbagai negara, yaitu di Singapura, Malaysia, Indonesia, Thailand, Australia, Bangladesh, China, Jerman, India, dan Taiwan.
Beragam jenis bangunan yang dikerjakan antara lain berupa hunian tapak dan vertikal, stasiun kereta, hotel, perkantoran, sekolah, perguruan tinggi, galeri seni, serta fasilitas penampungan anak dan orang tua.
Kepedulian terhadap lingkungan dan sosial yang diwujudkan dalam desain bangunan itu juga ingin dibagi dan ditularkan kepada berbagai pihak, termasuk mahasiswa, komunitas desain, dan orang yang sama-sama peduli.
“Sharing ilmu itu juga obyektif kami, mempromosikan environment and social responsibility, misalnya sebagai dosen tamu. Sebab, untuk membuat lingkungan yang lebih bagus itu kita enggak bisa sendiri, harus melibatkan orang yang punya visi sama untuk kebaikan lingkungan, terutama di kota besar,” jelasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.