Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terbukti Tahan Gempa, Rumah Tradisional Wajib Dilestarikan

Kompas.com - 13/10/2018, 15:33 WIB
Erwin Hutapea,
Hilda B Alexander

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Rumah tradisional Indonesia telah menghadapi berbagai kejadian dan bencana alam. Alih-alih runtuh, rumah tradisional ini justru lebih kuat dan kokoh.

Arsitek Yori Antar mengatakan hal itu saat menjelaskan tentang proyek rehabilitasi dan renovasi rumah adat di Desa Wae Rebo, Kabupaten Manggarai, Nusa Tenggara Timur, yang dia kerjakan bersama teman-teman dari Yayasan Rumah Asuh.

“Rumah tradisional kita jelas tahan gempa. Pembangunan di Wae Rebo itu kelihatan, rumah mereka di atas gunung, ada angin, hujan, gempa dan sebagainya, tapi mereka survive,” kata Yori ketika ditemui Kompas.com, Jumat (12/10/2018) di Jakarta. 

Baca juga: Rumah Tradisional Sulawesi, Tahan Gempa dan Tsunami

Menurut dia, berbagai bencana alam di Tanah Air belakangan ini yang menimbulkan kerusakan bangunan dan korban jiwa diakibatkan antara lain karena mengabaikan pembangunan rumah tahan gempa yang bisa ditiru dari rumah adat di berbagai daerah.

“Saat ini banyak korban akibat gempa karena kita melupakan rumah yang tahan gempa, yaitu rumah tradisional,” ucapnya.

Dia menjelaskan, kekuatan rumah tradisional itu teruji menghadapi gempa karena struktur fondasinya tidak masuk ke tanah, tetapi di atas batu. Jika terjadi guncangan gempa, rumah itu hanya goyang, tetapi konstruksi bangunannya tidak runtuh.

Hal itu terjadi karena struktur bangunannya bersifat bisa dibongkar pasang, misalnya dengan diikat, bukan dicor atau dilas seperti pada bangunan modern.

Selain itu, material bangunannya pun lentur dan relatif tidak begitu keras, seperti bambu dan kayu. Berbeda dari bangunan modern yang menggunakan semen, batu bata, dan beton.

Baca juga: Rekompak, Cara Pemerintah Bangun Rumah Terdampak Gempa Lombok

“Struktur fondasi rumah adat itu tidak melukai bumi, hanya menumpang di atas batu. Sifatnya knock down atau diikat, enggak dicor atau dilas. Kalau gempa, dia hanya goyang konstruksi bangunannya,” jelas Yori.

Bermodal kesuksesan rehabilitasi dan renovasi rumah adat di Wae Rebo yang disebut dengan mbaru niang itu, dia dan para anggota Yayasan Rumah Asuh melakukan hal yang sama untuk rumah adat di daerah lain, misalnya di Nias, Sulawesi, Kalimantan, Sumatera Barat, dan Sumatera Utara.

Saat ini ada 15 desa adat yang menjadi lokasi proyek kegiatan itu. Yang terbaru, imbuhnya, program restorasi rumah gadang di Solok Selatan, yaitu 45 rumah gadang yang dibangun kembali.

Yori pun melibatkan berbagai pihak untuk mendukung terlaksananya program itu, termasuk mengenai pembiayaan. Salah satunya dari Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR).

Dia ingin agar usaha seperti itu dilakukan sesuai kebutuhan masyarakat setempat dan mereka sendiri juga yang mengerjakannya sehingga kualitas bangunan dan kelestarian adat tetap terjaga.

“Jadi kami bisa bantu masyarakat adat secara bottom up karena dikerjakan oleh mereka sendiri, bukan selalu top down. Hasilnya akan beda,” tuturnya.

Dengan melakukan cara itu, menurut Yori, akan dihasilkan arsitektur bangunan yang baik dan benar. Artinya, baik dalam desain dan benar dalam sikap.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Penjelasan Nusron soal Kontroversi Pembatalan Sertifikat Milik Aguan di Laut Tangerang

Penjelasan Nusron soal Kontroversi Pembatalan Sertifikat Milik Aguan di Laut Tangerang

Berita
Sertifikat Elektronik Dianggap Tak Aman, Nusron: Sistem Keamanannya Berlapis

Sertifikat Elektronik Dianggap Tak Aman, Nusron: Sistem Keamanannya Berlapis

Berita
Terkendala Cuaca dan Material, Bendungan Meninting Kelar Maret 2025

Terkendala Cuaca dan Material, Bendungan Meninting Kelar Maret 2025

Berita
Mal Terbesar di Timur Bekasi, Living World Grand Wisata Resmi Dibuka

Mal Terbesar di Timur Bekasi, Living World Grand Wisata Resmi Dibuka

Ritel
Tanah Eks BLBI Karawaci Mau Dimanfaatkan untuk Program 3 Juta Rumah

Tanah Eks BLBI Karawaci Mau Dimanfaatkan untuk Program 3 Juta Rumah

Berita
Nusron Bantah Sertifikat Milik Aguan Batal Dicabut, Ini Penjelasannya

Nusron Bantah Sertifikat Milik Aguan Batal Dicabut, Ini Penjelasannya

Berita
Revitalisasi Stadion Maguwoharjo Diklaim Sesuai Standar PSSI dan FIFA

Revitalisasi Stadion Maguwoharjo Diklaim Sesuai Standar PSSI dan FIFA

Fasilitas
Menurut Fengsui, Ini Cara yang Tepat Menempatkan Jam Dinding di Rumah

Menurut Fengsui, Ini Cara yang Tepat Menempatkan Jam Dinding di Rumah

Tips
Klarifikasi Nusron Wahid: Tidak Benar Sertifikat Milik Aguan Batal Dicabut

Klarifikasi Nusron Wahid: Tidak Benar Sertifikat Milik Aguan Batal Dicabut

Berita
Pilihan Rumah Subsidi di Pekalongan: Mulai Rp 130 Juta

Pilihan Rumah Subsidi di Pekalongan: Mulai Rp 130 Juta

Perumahan
Cocok untuk Milenial dan Gen Z, Springhill Yume Green Tawarkan Hunian Modern dan Terjangkau

Cocok untuk Milenial dan Gen Z, Springhill Yume Green Tawarkan Hunian Modern dan Terjangkau

Hunian
Rumah Impian di Kabupaten Brebes, Harga Tak Sampai Rp 200 Juta

Rumah Impian di Kabupaten Brebes, Harga Tak Sampai Rp 200 Juta

Perumahan
Hingga Februari 2025, Konstruksi Tol Probolinggo-Besuki 75,53 Persen

Hingga Februari 2025, Konstruksi Tol Probolinggo-Besuki 75,53 Persen

Berita
Pengembang Pusing, Isu Pemberian Rumah Gratis Bikin Akad KPR Tertunda

Pengembang Pusing, Isu Pemberian Rumah Gratis Bikin Akad KPR Tertunda

Berita
Berapa Banyak Tempat Sampah yang Harus Ditempatkan di Rumah?

Berapa Banyak Tempat Sampah yang Harus Ditempatkan di Rumah?

Tips
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau