JAKARTA, KOMPAS.com - Banyak orang berpendapat bahwa tinggal di apartemen lebih nyaman dan praktis dibanding tinggal di rumah tapak.
Biasanya opini itu datang dari orang yang sudah biasa hidup di wilayah kota sehingga membutuhkan hunian yang mendukung gaya hidupnya.
Namun, tinggal di apartemen ternyata tidak sepenuhnya sesuai harapan penghuninya karena tidak jarang muncul berbagai masalah yang sebelumnya tidak pernah diprediksi.
Masalah itu bisa muncul dari unit apartemen yang ditempati, bisa juga dari lingkungan apartemen di sekitarnya.
Mulai dari masalah keamanan, kebersihan, parkir, fasilitas, dan lain-lain. Semuanya itu berbaur dan terjadi setiap hari.
Shierine, seorang warga Jakarta yang memilih tinggal di apartemen, pernah terkejut ketika harus membayar service charge atau biaya perawatan saat awal tinggal di apartemen.
Namun, seiring waktu berjalan, tagihan biaya perawatan tersebut sudah menjadi hal rutin yang harus dia bayar per enam bulan.
Di unit yang berada di lantai 15 itu tersedia satu kamar mandi serta ruang tamu yang langsung tersambung dengan dapur.
Ada berbagai fasilitas yang bisa dinikmati bersama oleh para penghuni apartemen itu, yakni kolam renang, pusat kebugaran, lapangan basket, taman terbuka, dan playground atau arena bermain anak.
Untuk perawatannya, dia dipungut biaya Rp 3 juta per enam bulan, sesuai ukuran unit apartemen yang ditempatinya.
Pembayaran yang dilakukan melalui virtual account di salah satu bank swassata nasional itu berlaku untuk biaya keamanan dan kebersihan lingkungan.
Sedangkan untuk air dan listrik, tagihannya dijadikan satu dan besarannya tergantung penggunaan masing-masing.
Akan tetapi, meski penghuni sudah membayar iuran bukan berarti tidak ada masalah dalam perparkiran. Problem yang paling sering terjadi adalah jumlah kendaraan, terutama mobil, melebihi kapasitas area parkir.