Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tragis, H&M Punya Stok Mati Senilai 15 Kali Anggaran Trans Papua

Kompas.com - 29/03/2018, 08:00 WIB
Haris Prahara,
Hilda B Alexander

Tim Redaksi

STOCKHOLM, KOMPAS.com - Remuk redamnya bisnis ritel membuat juragan pakaian kelas wahid H&M terpukul.

Meskipun pakaian termasuk barang dengan perputaran cepat, peritel asal Swedia itu tak mampu melepas stoknya dengan gesit.

Alhasil, persediaan barang menumpuk atau bisa disebut sebagai stok mati.

Melansir laporan kinerja terbaru H&M yang diwartakan New York Times, Rabu (27/3/2018), jumlah stok mati H&M mencapai 4,3 miliar dollar AS atau setara dengan Rp 59 triliun!

Sebagai perbandingan, angka Rp 59 triliun itu setara dengan 15 kali lipat biaya pembangunan Jalan Trans Papua yang dianggarkan lebih kurang Rp 3,8 triliun.

Baca juga: Biaya Membangun Trans Papua Rp 3,8 Triliun

Besarnya stok tak laku terjual itu menimbulkan pertanyaan dari sejumlah analis terkait kompetensi manajemen H&M dalam menjalankan bisnisnya.

Utamanya, mencakup keluwesan H&M beradaptasi dengan situasi bisnis ritel dan tren fesyen saat ini.

Tanda-tanda melubernya stok mati itu sejatinya telah terendus sejak tahun lalu.

Kala itu, H&M melaporkan penurunan kondisi bisnis sebagaimana tercermin dari penurunan laba dan sahamnya.

Ilustrasi ritelYamini Chao Ilustrasi ritel
Sebagai peritel pakaian nomor dua di dunia setelah Zara, penjualan produk H&M menghadapi masa suram sepanjang 2017.

H&M juga menutup hingga 170 toko di seluruh dunia imbas lesunya penjualan. Ini ditaksir sebagai aksi penutupan toko terbesar oleh H&M dalam dua dekade terakhir.

Baca juga: Sengitnya Pertempuran Zara dan H&M Rajai Bisnis Digital

Terkait menumpuknya stok mati, Chief Executive H&M Karl Johan Persson angkat suara.

Ia mengklaim, berlimpahnya stok mati tersebut dipengaruhi oleh perluasan bisnis daring yang tengah dikobarkan H&M.

Selain itu, Persson mengakui, besarnya stok mati juga tidak lepas dari kurang optimalnya kinerja perusahaan.

"Kami tidak cukup cepat dalam memperbaiki keadaan. Saat ini, kami berupaya keras untuk mengatasi masalah tersebut," tuntas Persson.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau