JAKARTA, KOMPAS.com - Jumlah ruang terbuka hijau (RTH) di wilayah DKI Jakarta kian merosot dari tahun ke tahun. Imbasnya, setiap hujan mengguyur wilayah ini, tidak semua air yang turun dapat diserap tanah secara maksimal.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan RTH terus berkurang. Salah satunya yaitu pemanfaatan area tanpa izin oleh masyarakat.
Baca juga : Jakarta di Ambang Kelangkaan Air Minum (I)
Hal ini dipicu kian bertambahnya jumlah penduduk DKI Jakarta, sementara area lahan pemukiman yang ada kian terbatas.
"Jakarta krisis air dan mengalami kekeringan karena memang daerah resapan airnya sudah tidak memadai," kata pengamat tata kota dari Universitas Trisakti Nirwono Yoga kepada Kompas.com, Senin (5/3/2018).
Ia menjelaskan, pada 1965 luas RTH mencapai 37,2 persen dari total luas wilayah DKI Jakarta. Jumlah itu menurun drastis pada 1985 menjadi 25,85 persen.
Baca juga : Jakarta di Ambang Kelangkaan Air Minum (II)
Kemudian, di bawah kepemimpinan Sutiyoso pada tahun 2000, penurunan RTH kembali terjadi hingga tersisa 9 persen. Namun, luas area RTH dapat bertambah meski tidak terlalu signifikan yaitu menjadi 9,98 persen pada 2017.
"RTH minimal 30 persen dari total luas wilayah kota, yang terbagi atas RTH publik 20 persen dan RTH privat 10 persen," sebut Nirwono.
Baca juga : Jakarta di Ambang Kelangkaan Air Minum (III)
Dilansir dari BBC sebelumnya, Jakarta masuk ke dalam kota-kota besar yang terancam mengalami kelangkaan air minum.
Kenaikan permukaan air laut sebagai akibat penurunan tanah lantaran sumber air tanah yang terus disedot menjadi salah satu faktornya.
Kurang dari separuh dari 10 juta penduduk yang memiliki akses terhadap air ledeng, terjadi penggalian sumur secara tidak sah.
Bank Dunia memprediksi sekitar 40 persen wilayah Jakarta saat ini berada di bawah permukaan laut.
Baca juga : Jakarta di Ambang Kelangkaan Air Minum (IV)
Kondisi lebih buruk diperburuk, karena saat hujan lebat terjadi justru tidak terjadi pengisian ulang. Pasalnya, seantero kota dipenuhi beton dan aspal, sehingga lapangan terbuka pun tak bisa menyerap curah hujan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.