Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jokowi Ingin 10 "Bali Baru" Segera Diwujudkan

Kompas.com - 17/11/2017, 18:00 WIB
Dani Prabowo

Penulis

JAKARTA, KompasProperti - Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta pengembangan sepuluh destinasi wisata baru atau 'Bali baru' dapat segera direalisasikan.

Dari "Bali Baru" ini diperkirakan ada lonjakan wisatawan asing yang diprediksi akan terjadi dalam kurun waktu lima tahun ke depan.

Hal itu diungkapkan Presiden saat rapat terbatas di Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat, Kamis (16/11/2017).

Dari data yang diperoleh Presiden, misalnya, lonjakan wisatawan asal China saat ini di seluruh penjuru dunia mencapai 125 juta. Diperkirakan jumlahnya akan meningkat hingga 180 juta dalam lima tahun mendatang.

Wisatawan lokal dan mancanegara turun dari kapal saat tiba di Pelabuhan Tigaraja Danau Toba, Parapat, Simalungun, Sumatera Utara, Senin (13/11/2017). Kapal merupakan moda transportasi untuk mengantarkan wisatawan menyeberang ke Pulau Samosir dengan tarif Rp 10.000 per orang.ANTARA FOTO/IRSAN MULYADI Wisatawan lokal dan mancanegara turun dari kapal saat tiba di Pelabuhan Tigaraja Danau Toba, Parapat, Simalungun, Sumatera Utara, Senin (13/11/2017). Kapal merupakan moda transportasi untuk mengantarkan wisatawan menyeberang ke Pulau Samosir dengan tarif Rp 10.000 per orang.
"Sepuluh Bali baru ini harus cepat diselesaikan. Kementerian PU, Kementerian BPN, Kementerian Lingkungan Hidup, Bekraf, Kementerian Koperasi dan UKM, semuanya harus siap terintegrasi dalam sebuah program pengembangan yang sudah kita putuskan," kata Jokowi dalam keterangan tertulis yang diterima KompasProperti.

Masih dari data tersebut, separuh dari turis asal China itu akan berkunjung ke negara-negara di Asia.

"Dari angka tersebut, kalau kita memiliki destinasi 10 Bali baru yang kita garap dengan cepat dan baik, tentu saja dengan diferensiasi yang berbeda antara satu dengan lain, saya kira ini menjadi suatu yang menarik," kata Jokowi.

Presiden pun meminta, agar dilakukan diferensiasi destinasi wisata di sepuluh pengembangan Bali baru itu. Dengan demikian, wisatawan pun memiliki tujuan yang lebih banyak dalam memilih lokasi tujuan.

Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Mandalika mulai menancapkan diri sebagai salah satu destinasi wisata yang wajib dikunjungi pelancong saat bertandang ke Pulau Lombok, di Nusa Tenggara Barat.ANTARA FOTO/AHMAD SUBAIDI Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Mandalika mulai menancapkan diri sebagai salah satu destinasi wisata yang wajib dikunjungi pelancong saat bertandang ke Pulau Lombok, di Nusa Tenggara Barat.
"Saya kira kita harus memiliki pembeda-pembeda itu sehingga kita harapkan dari 62 juta yang hanya dari satu negara itu separuh atau sepertiganya datang ke kita. Itu sudah 20 juta sehingga kalau target yang kita berikan kepada Menteri Pariwisata tahun 2019 angkanya adalah 20 juta itu juga bukan sesuatu yang amat sulit untuk kita capai," tuturnya.

Presiden juga menekankan pentingnya integrasi kinerja antara kementerian satu dengan kementerian lainnya. Pasalnya, sinergi tersebut dibutuhkan dalam pengembangan suatu kawasan.

"Saya berikan contoh, misalnya kita ingin mengembangkan Mandalika atau Danau Toba, ya lingkungannya harus disiapkan. Contoh kemarin seperti Mandalika, bukit-bukit yang ada di kanan-kiri itu gundul semuanya, maka itu segera tanam. Kemudian bangunan-bangunan adat jangan sampai malah dihilangkan dan diganti dengan arsitektur Spanyol dan mediterania misalnya," kata Presiden.

Bhikkhu Badraphalo saat berada di area Candi BorobudurDok Ceritalah ASEAN Bhikkhu Badraphalo saat berada di area Candi Borobudur
Di samping itu, Presiden juga mengingatkan, pentinya penyediaan sarana dan fasilitas publik yang dibutuhkan di masing-masing kawasan wisata itu. Salah diantaranya yakni kawasan khusus bagi pedagang.

"Kalau tidak nanti kita akan keduluan oleh pedagang-pedagang kaki lima yang akan bertebaran di mana-mana. Kita siapkan satu tempat untuk mereka berjualan. Saya kira sangat baik kalau kita menyiapkan," ucapnya.

Terakhir, Jokowi juga berpesan agar jajarannya tanggap dalam merespon perkembangan pariwisata global. Terlebih, adanya kecenderungan pergeseran pola konsumsi masyarakat dari membeli barang ke arah rekreasi dan gaya hidup yang dipandang jauh lebih penting.

"Sekarang ini kelihatannya ada pergeseran orang untuk tidak belanja barang, tapi senang wisata, senang mencoba restoran baru dan makanan-makanan khas. Ini sebuah kesempatan yang dapat kita manfaatkan," kata mantan Gubernur DKI Jakarta itu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau