Meski tak dimungkiri pengaruh lesunya ekonomi sangat berdampak pada sektor konstruksi, dan properti, namun hal itu tak lantas membuat Adhi Karya melakukan praktik-praktik yang hanya akan membuat perolehan pendapatan anjlok.
"Kami tidak melakukan itu. Ada memang beberapa kontraktor lainnya seperti potong harga sekian persen. Kami justru memberikan bonus buat para pengembang," tutur Direktur Utama PT Adhi Karya (Persero) Tbk., Kiswodarmawan, kepada Kompas.com, Jumat (28/8/2015).
Karena itu, Kiswodarmawan menambahkan, PT Adhi Persada Gedung atau APG (anak usaha perseroan di bidang konstruksi) selalu melakukan seleksi calon klien atau pengembang yang akan menggunakan jasa mereka. Jika secara performa finansial dan rekam jejaknya meragukan, tak segan APG menolaknya.
"Untuk saat ini, kami lebih selektif memiliih klien pengembang. Yang kami utamakan adalah pengembang dengan rekam jejak bagus, konstruksi finansial bagus, dan juga tak pernah lambat melakukan pembayaran kontrak," tutur Kiswodarmawan.
APG saat ini tercatat tengah mengerjakan pengembangan beberapa gedung komersial. Dua di antaranya adalah Telkom Landmark Tower di Jl Gatot Subroto, dan Cengkareng Business City.
Sebelumnya, Chairman Agung Podomoro Group, Trihatma Kusuma Haliman menengarai banyak pelaku jasa konstruksi menerapkan praktik banting harga demi kelangsungan bisnisnya. Pelaku jasa konstruksi tersebut tak hanya berasal dari dalam negeri, melainkan juga mancanegara.
"Alasan mereka banting harga mudah dipahami karena sekarang sedang krisis. Situasi ekonomi melambat, Rupiah anjlok. Daripada vakum, lebih baik banting harga tapi bisa survive (bertahan)," ujar Trihatma, Rabu (26/8/2015).
"Produsen semen, besi beton, bata, keramik, juga sudah menurunkan harga," tandas Trihatma.