Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ini Dia Bos Baru Penguasa "Kepala Naga"

Kompas.com - 10/06/2015, 20:00 WIB
Hilda B Alexander

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - "Siapa pun pemimpinnya, Summarecon tetap maju". Adrianto Pitoyo Adhi melontarkan optimismenya tersebut saat ditanya Kompas.com mengenai kans dan masa depan PT Summarecon Agung Tbk di bawah kepemimpinannya.

Sepeninggal Johannes Mardjuki, publik dibuat penasaran, siapa kelak nakhoda baru perusahaan pengembang penguasa kawasan "kepala naga" alias Kelapa Gading, Jakarta Utara, itu. Pasalnya, di bawah kendali Johannes, PT Summarecon Agung Tbk kerap masuk dalam daftar lima besar pengembang dengan pendapatan tertinggi di antara sesama emiten properti yang melantai di Bursa Efek Indonesia.

Nah, bagaimana dengan bos baru ini?

Menurut Adrianto, Summarecon sudah memiliki sistem yang bagus, dan berjalan baik serta tim kerja yang sangat kuat. Karena itu, siapa pun yang memuncaki dewan direksinya, pengembang dengan pendapatan per 2014 senilai Rp 5,33 triliun itu akan tetap maju.

"Yang bagus akan saya teruskan. Demikian halnya kalau membutuhkan terobosan, dan inovasi, akan kami lakukan. Yang terpenting adalah konsolidasi, menciptakan bisnis lebih baik. Karena bisnis itu adalah sesuatu yang the show must go on," tutur Adrianto.

Adrianto resmi ditunjuk dan disahkan menjadi Direktur Utama PT Summarecon Agung Tbk oleh Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST), dan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) pada Rabu (10/6/2015). 

Dia mengakui, kendati terus-menerus menciptakan rekor baru di segmen pendapatan, laba usaha, dan laba bersih, Summarecon menghadapi tantangan berat. Tantangan tersebut adalah kondisi makro ekonomi aktual yang tidak stabil, ekonomi global melemah, depresiasi nilai tukar Rupiah terhadap Dollar AS, tingkat inflasi yang cenderung tinggi, pengetatan kredit pemilikan properti, dan penerapan pajak properti.

Untuk mengantisipasi itu, kata Adrianto, Summarecon perlu meningkatkan kualitas dan melahirkan produk yang inovatif. Pasalnya, ekonomi sedang melemah yang menstimulasi turunnya daya beli masyarakat. 

"Karena itu, kami harus membuat gerakan menciptakan produk bagus sekaligus dengan harga yang terjangkau (affodable)," imbuh Adrianto yang sudah bergabung dengan Summarecon selama delapan tahun tiga bulan ini.

Selain itu, tambah dia, Summarecon akan memperkuat portofolio dengan terus mengembangkan tiga pilar bisnis yakni pengembangan properti, investasi properti, dan leisure and hospitality. 

Untuk pengembangan properti, Adrianto menegaskan Summarecon akan fokus pada pembangunan kawasan skala kota yakni Summarecon Bandung seluas 300 hektar.

"Summarecon Bandung itu proyek besar skala kota atau township development. Tantangannya banyak, mulai dari proses perizinan, skala pengembangan terbesar kami untuk tahun ini, hingga ketatnya persaingan di kawasan Bandung," papar Adrianto. 

Summarecon Bandung merupakan bagian dari Bandung Technopolis sebagai ambisi Wali Kota Bandung, Ridwan Kamil. Jadi, tambah dia, tak hanya perumahan yang akan dibangun, juga pusat bisnis dan industri kreatif atau creative center, dan juga properti-properti komersial lainnya macam pusat belanja, dan perkantoran.

"Bandung kan gudangnya orang-orang kreatif. Kami juga akan membangun pusat kreatif di dalam Summarecon Bandung untuk mengakomodasi kebutuhan dan kepentingan mereka," ujar lulusan Fakultas Teknik Arsitektur, Universitas Diponegoro, Semarang ini.

Target 2015

Kinerja Summarecon sendiri selama 2014 tumbuh positif. Bahkan, pencapaian pendapatan dan labanya tercatat tertinggi sepanjang sejarah perseroan. Pendapatan melonjak 30 persen atau Rp 1,2 triliun menjadi Rp 5,33 triliun. Sebelumnya pendapatan Rp 4,09 triliun.

Laba kotor pun meningkat menjadi Rp 2,7 triliun. Lebih tinggi dibanding tahun sebelumnya yang mencapai Rp 2,1 triliun. Demikian halnya dengan laba usaha tercetak Rp 1,8 triliun, tahun sebelumnya sekitar Rp 1,3 triliun. 

Tahun ini, Summarecon menargetkan penjualan marketing atau marketing sales senilai Rp 5,5 triliun atau naik 20 persen dari tahun 2014. Sementara belanja modal (capital expenditure)-nya sekitar Rp 4 triliun yang dialokasikan untuk segmen pengembangan properti, dan juga akuisis lahan yang bakal menelan anggaran 15 persen dari belanja modal.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com