Ketua Lembaga Pengembangan Inovasi dan Kewirausahaan Institut Teknologi Bandung (ITB) Suhono Harso Supangkat, mengungkapkan pengalamannya saat mengikuti konferensi internasional mengenai Smart City di Barcelona, Spanyol, beberapa waktu silam.
Oleh karena itu, mengacu pada pengalamannya tersebut, konsep kota cerdas harus menyangkut berbagai aspek kehidupan. Tidak hanya melulu terkait pada peningkatan penggunaan teknologi informasi canggih.
Suhono menjelaskan, konsep kota cerdas atau smart city adalah kota yang menjadikan kecanggihan teknologi untuk memudahkan pengelolaan dan tata kelola kota.
"Teknologi digunakan untuk membantu mengetahui persoalan di lapangan. termasuk persoalan kriminalitas. Sebuah kota bisa disebut cerdas bila sudah tidak ada copet atau tindak kriminalitas lainnya," kata Suhono saat jumpa pers Asia Afrika Smart City Summit 2015, di Jakarta, Kamis (9/4/2015).
Ada pun dari sisi sosial, kota cerdas adalah kota yang memiliki keamanan, kemudahan dan kenyamanan bagi masyarakat dalam melakukan interaksi.
"Kemudian dari sisi lingkungan, kota cerdas dinilai dari apakah masyarakatnya memiliki tempat tinggal layak huni, sehat, hemat dalam penggunaan energi serta pengelolaan energi," tambah Suhono.
"Kota-kota ini sudah menjalankan tata kelola perkotaan dengan memanfaatkan teknologi sehingga permasalahan kota dapat diketahui cepat dan dicarikan solusinya," kata Suhono.
Sementara menurut Urbanis Indonesia, Bambang Eryudhawan, membangun kota cerdas bukanlah sekadar soal pembaruan teknologi. Peralatan bisa, dan mudah dibeli. Tetapi tradisi menata kota yang berkesinambungan oleh pelaku kota, khususnya pemerintah kota masih mimpi.
"Peralatan kota, UPS kek, USB kek, itu bisa dibeli. Yang terutama adalah menumbuhkan tradisi menata kota berkelanjutan. Kota-kota di Indonesia dan negara berkembang itu penyakitnya adalah sangat mudah mengambil alih teknologi, telekomunikasi, penerbangan, media siar, dan lain-lain tetapi masih di satu sisi justru masih kelabakan ngurus kota," beber Yudha, sapaan akrab Bambang Eryudhawan.
Dia kemudian mencontohkan, memperbaiki trotoar atau jalur pedestrian saja tak kunjung beres. Diperbaiki sisi utara, sisi selatan terdapat galian, demikian sebaliknya. Jadi, kata Yudha, mengelola kota bukan hal instan yang bisa disulap hanya dengan pembaruan teknologi informasi dan komunikasi.
"Soal gagasan kota cerdas perlu diacungi jempol. Tapi sekali lagi, ini bukan sekadar teknologi canggih dengan peralatannya. Ini soal sumber daya manusia, soal kesabaran, dan seterusnya," tandas Yudha.
AASCS 2015
Menyangkut berbagai persoalan perkotaan di Indonesia, dan negara-negara Asia Afrika sebagai negara yang masih berkembang, sebagaimana disebutkan Yudha, akan dibahas secara komprehensif dalam pertemuan bertajuk Asia Afrika Smart City Summit (AASCS) 2015.
AASCS ini sebagai bagian dari perhelatan Konferensi Asia Afrika 2015 di Bandung yang akan digelar pada 22-23 April mendatang. Dalam pertemuan puncak AASCS, ditawarkan solusi bagi negara-negara Asia Afrika untuk berkolaborasi, dan belajar satu sama lain dalam memecahkan masalah yang dihadapi terkait lingkungan, permukiman, energi, dan transportasi publik.
"AASCS diselenggarakan untuk mendorong keberlanjutan sistem perkotaan dan berkolaborasi dalam mempromosikan negara Asia Afrika dan mengembangkan ide-ide untuk memecahkan masalah dengan konsep kota cerdas," kata Suhono.
AASCS 2015 akan dihadiri Gubernur Kairo, Wali Kota New Delhi, Wali Kota Manila, dan akademisi dari Universitas Waseda, Jepang.