Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pemerintah Harus Benahi Manajemen Aset, Tuntaskan Sengketa Tanah

Kompas.com - 02/06/2016, 17:09 WIB
M Latief

Penulis

Sumber ANTARA

JAKARTA, KOMPAS.com - Pengajar Fakultas Hukum Universitas Indonesia Dr Dian Pudji Simatupang, mengatakan pemerintah perlu segera melakukan pembenahan manajemen aset untuk menyelesaikan sengketa tanah negara. Hal itu terkait penyelesaian kasus tanah negara di kawasan Delima, Klender, Jakarta Timur, yang diklaim menjadi milik perorangan, padahal seharusnya hal tersebut tidak dapat dilakukan.

"Sudah saatnya segera dilakukan manajemen aset negara terkait dengan tanah dan bangunan baik itu statusnya milik negara, milik negara yang sudah dipisahkan, atau milik BUMN," kata Dian, Rabu (1/6/2016).

Menurut dia, apabila kondisinya dibiarkan tidak teratur seperti saat ini, bukan tidak mungkin akan semakin banyak tuntutan dan gugatan hukum baik oleh perorangan atau pihak-pihak tertentu terhadap aset yang telah diperoleh, dimiliki, atau dikuasai negara.

Dian mengatakan, demi ketertiban Kementerian Keuangan dapat melakukan remanajemen aset dengan menentukan mana aset negara yang sudah dipisahkan ke BUMN, aset yang masih dikuasai dan terdaftar sebagai aset negara.

"Juga harus ditegaskan mana saja aset negara yang masih dikuasai dan terdaftar sebagai aset negara, dan mana saja aset negara yang dikuasai pihak lain, serta aset negara yang diserahkelolakan kepada pihak lain," kata Dian.

Dian mengatakan identifikasi tersebut penting agar negara dapat  mengetahui kemungkinan risiko dan mengatasi masalah hukum secepatnya. Menurut dia, kasus-kasus sengketa tanah antara negara dengan pihak lain disebabkan belum adanya upaya manajemen aset.

Di sisi lain, dalam mengatasi tuntutan dan gugatan tanah, sangat penting Presiden menetapkan Tim Penyelesaian Sengketa Asset Negara berupa tanah yang dipimpin Menkeu dengan anggota Menteri BUMN, Menteri ATR/BPN, Jaksa Agung dan Kepala BPKP.

Menurut Dian, tim itulah yang akan mengkoordinasikan kemungkinan putusan pengadilan yang mendukung pengalihan aset negara. Selain itu, perlu juga diadakan sosialisasi kepada peradilan bahwa aset negara berupa tanah bangunan berbeda dengan tanah dan bangunan pada umumnya.

Dia menambahkan, bahwa putusan pengadilan tidak dapat menjadi satu-satunya dasar untuk melepaskan aset negara. Pasalnya, harus ada prosedur syarat yang ditetapkan perundang-undangan di bidang pengelolaan barang milik negara.

"Dengan demikian  putusan berkekuatan hukum tetap dalam sengketa tanah tetap harus menunggu syarat prosedur tersebut," jelas Dian.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Jembatan 'Mobile' di Swiss, Inovasi Perbaikan Jalan Tanpa Menutup Jalur

Jembatan "Mobile" di Swiss, Inovasi Perbaikan Jalan Tanpa Menutup Jalur

Berita
Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kota Malang: Pilihan Ekonomis

Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kota Malang: Pilihan Ekonomis

Perumahan
Perbaikan Jalan Daerah di Sultra Telan Anggaran Rp 631 Miliar

Perbaikan Jalan Daerah di Sultra Telan Anggaran Rp 631 Miliar

Berita
Mulai 16 Mei, Lintasi Tol Serang-Panimbang Dapat Diskon Tarif 30 Persen

Mulai 16 Mei, Lintasi Tol Serang-Panimbang Dapat Diskon Tarif 30 Persen

Berita
Ini Alasan Mengapa Anda Harus Membeli Kursi Plastik untuk Furnitur Rumah

Ini Alasan Mengapa Anda Harus Membeli Kursi Plastik untuk Furnitur Rumah

Tips
Pengembang Indonesia Jadi Pemilik Tunggal Aset Rp 5,7 Triliun di Sydney

Pengembang Indonesia Jadi Pemilik Tunggal Aset Rp 5,7 Triliun di Sydney

Berita
Harga Sewa Mal di Jakarta Naik Jadi Rp 584.077 Per Meter Persegi

Harga Sewa Mal di Jakarta Naik Jadi Rp 584.077 Per Meter Persegi

Ritel
SE Desain Prototipe Rumah Sederhana Masih Diharmonisasi Kemenkumham

SE Desain Prototipe Rumah Sederhana Masih Diharmonisasi Kemenkumham

Perumahan
Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Pasuruan: Pilihan Ekonomis

Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Pasuruan: Pilihan Ekonomis

Perumahan
Mengungkap Pertumbuhan Pasar Hotel, Bengkulu, Sultra dan Kalteng Paling Cuan

Mengungkap Pertumbuhan Pasar Hotel, Bengkulu, Sultra dan Kalteng Paling Cuan

Hotel
Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Ponorogo: Pilihan Ekonomis

Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Ponorogo: Pilihan Ekonomis

Perumahan
Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Bojonegoro: Pilihan Ekonomis

Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Bojonegoro: Pilihan Ekonomis

Perumahan
Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kota Pasuruan: Pilihan Ekonomis

Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kota Pasuruan: Pilihan Ekonomis

Perumahan
Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Jember: Pilihan Ekonomis

Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Jember: Pilihan Ekonomis

Perumahan
[POPULER PROPERTI] 10 Juta Bambu Jadi Matras Tol 'Atas Laut' Semarang-Demak

[POPULER PROPERTI] 10 Juta Bambu Jadi Matras Tol "Atas Laut" Semarang-Demak

Berita
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com