Namun, capaian itu dinilai masih belum maksimal, mengingat optimisme yang sering disampaikan pemerintah selama setahun ini.
"Jadi sudah kerja setahun kan ini pemerintah, ternyata tidak secepat yang dibayangkan karena mereka masih memperbaiki kelengkapan organisasi, bongkar pasang organisasi dan cari pejabat," jelas pengamat infrastruktur, Harun Alrasyid Lubis, kepada Kompas.com, di Jakarta, Selasa (15/12/2015).
Gejolak di tubuh pemerintah itu, menurut Harun juga memengaruhi penyerapan anggaran pembangunan infrastruktur.
"Praktis setahun ini kita tahu sampai bulan ini terakhir 2015 ini penyerapannya masih belum bisa maksimal," tambahnya.
Penyerapan anggaran yang tak maksimal itu, lanjut Harun, menyebabkan tidak tersampaikannya rencana pembangunan dan implementasinya dengan baik.
Selain gejolak pemerintahan, Harun juga mengidentifikasi masalah lain penyebab ketidaksesuaian rencana pembangunan dan implementasinya di lapangan.
Optimisme begitu tinggi yang digaungkan pemerintah dianggap Harun sebagai bumerang dan terlalu percaya diri (pede). Ini lantaran optimisme tidak diiringi dengan kemampuan implementasi yang baik dari pelaku pembangunan.
"Optimisme tidak sebanding dengan kemampuan dan kapasitas penyelesaian serta implementasi ini tidak dipercepat. Pemerintah terlalu pede," pungkas Harun.