Ia menuturkan, sebagai pengembang, Grup Ciputra merasa wajib memenuhi kebutuhan masyarakat tersebut. Meski demikian, ia mengakui, jumlah unit rumah di Citra Maja Raya ini belum seberapa dibandingkan backlog yang ada.
Untuk memenuhi kebutuhan backlog ini, memang diperlukan peranan pengembang-pengembang di seluruh Indonesia. Selain itu, peranan pemerintah juga dibutuhkan karena sangat strategis dalam rangka mengurangi angka ketimpangan.
"Regulasi pemerintah harus jelas dan pasti. Kemarin sempat rumah tapak dilarang, lalu didorong rusun. Sekarang ada lagi peraturan rumah tapak tapi di daerah dengan penduduk di bawah dua juta (kepala keluarga)," jelas Yance.
Ia berharap, pemerintah juga bisa lebih memperhatikan kemampuan masyarakat mendapatkan rumah misalnya melalui subsidi. Seperti saat ini, pemerintah telah menerapkan uang muka Rp 4 juta dan cicilan bunga rendah. Ada pun terkait kondisi bisnis sektor properti yang tengah mengalami penurunan, kata Yance, hal ini juga tidak memengaruhi ceruk pasar Citra Maja Raya.
"Yang sedang menurun itu segmen tertentu, tidak semuanya, misalnya yang menengah ke atas. Kalau yang harganya Rp 100 juta-Rp 500 juta, tidak terpengaruhi," sebut Yance.
Masyarakat masih mampu dan tidak lagi menunggu membeli rumah atau hunian jika perumahannya di skala kota mandiri seperti Citra Maja Raya. Belum lagi, luas lahannya yang mencapai 2.000 hektar, menjadi nilai tambah, sehingga perumahan ini diserbu pembeli.
Dengan lahan seluas itu, kata Yance, harapan akan pertumbuhan kawasan masih sangat tinggi. Dalam kurun waktu 30-40 tahun, kawasan ini akan hidup. Melihat potensi ini, Yance menargetkan penjualan rumah tahap satu bisa mencapai 10.000 unit.
Pada saat peluncuran perdana, Grup Ciputra mampu mengumpulkan 6.000 pembeli dari total antrian 10.000 pembeli. Dengan demikian, Grup Ciputra hanya perlu menjual 4.000 unit lagi untuk memenuhi target. Namun, Yance berharap, saat pe;uncuran besar-besaran atau grand launching yang akan diadakan Agustus 2015 mendatang, setidaknya jumlah rumah yang terjual setara dengan pre-penjualan yaitu 6.000 unit.
Citra Maja Raya merupakan hunian skala kota mandiri dengan luas lahan 2.000 hektar. Perumahan ini berada di kawasan kota terpadu yang berbasiskan pada Transit Oriented Development (TOD) dengan menjadikan Stasiun Maja sebagai simpul transportasi (hub).
Citra Maja Raya dirancang sebagai kota berbasis ekonomi jasa (serviced base oriented) yang dapat ditempuh melalui KRL Commuter Line rute Maja-Serpong-Tanah Abang dan kelak jalan Tol Serpong-Maja (50 kilometer) dan Balaraja-Maja (40 kilometer). Selain dikembangkan sebanyak 200.000 hunian, perumahan ini juga dilengkapi fasilitas umum, sosial, dan komersial seluas 20 persen dari total luas area.
Saat ini, untuk rumah rumah contoh tipe Real Eestate (RE) dan Rumah Sederhana (RS), masih dalam proses pembangunan, namun bentuk fisiknya sudah terlihat, tinggal menambahkan garasi mobil. Rencananya, sebelum Lebaran, pembangunan rumah contoh sudah 100 persen. Sementara untuk rumah tipe RE dan RS yang sudah dipesan sebanyak 6.000 unit, saat ini pembangunannya mencapai 35 persen.