Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Saat Indonesia Jenuh, Pasar Properti India Justru Melambung

Kompas.com - 30/03/2015, 19:00 WIB
Dimas Jarot Bayu

Penulis

KOMPAS.com - Fenomena pertumbuhan investasi properti di India menarik perhatian global. Menurut Cushman & Wakefields, India merupakan salah satu dari tiga negara dengan peningkatan investasi tertinggi. Hal ini dilihat dari lonjakan investasi properti sebesar 140 persen menajdi 5 miliar dollar AS pada 2014.

Peningkatan investasi tersebut merupakan sebuah fenomena yang aneh. Pasalnya, negara-negara yang masuk dalam daftar peningkatan investasi tertinggi sebelumnya mengalami kebangkrutan. Ada pun peringkat pertama negara dengan pertumbuhan investasi properti selama 2014 adalah Serbia dengan kenaikan sebesar 610 persen. Disusul Bulgaria dengan kenaikan sebesar 186,5 persen.

Pembeli asing di India juga tumbuh signifikan sebesar 38 persen. Mereka menginvestasikan dana senilai 1,93 juta dollar AS. Sedangkang investor domestik membeli properti hingga 3,12 juta dollar AS dengan pertumbuhan mencapai 62 persen.

"Pertumbuhan besar dalam volume investasi di pasar properti India merupakan bukti bahwa investor sudah bergerak dengan ekspektasi mereka tentang perbaikan dalam kemudahan bisnis. Hal ini turut didukung oleh reformasi regulasi besutan Perdana Menteri Narendra Modi saat memimpin," ujar Executive Managing Director Cushman & Wakefield Asia Selatan, Sanjay Dutt.

Adapun sektor perumahan, ujar Sanjay, menerima lebih banyak investasi dibandingkan komersial. Para Investor membeli properti hunian dengan nilai hampir 2,6 juta dollar AS.

Indonesia Jenuh

Indonesia sendiri mengalami penurunan investasi hingga titik minus delapan persen sepanjang tahun 2014 pada kuartal I tahun ini. Meski begitu, pasar diprediksi akan merangkak naik pada akhir tahun 2015.

Direktur Eksekutif Indonesia Property Watch (IPW), Ali Tranghanada mengatakan kondisi pasar properti di Indonesia akan mulai merangkak naik mulai semester dua nanti. Hal ini mengingat banyak fenomena peningkatan investasi di beberapa negara terjadi juga ditandai dengan kemunduran sebelumnya.

"Saya analogikan saat ini properti di Indonesia telah mencapai puncak perlambatan. Kalau sudah mencapai puncaknya seperti saat ini, akan kembali turun dan menjadi normal. Kira-kira hal ini akan mulai berlangsung pada semester dua tahun 2015," ujar Ali kepada Kompas.com, di Bekasi, Sabtu (28/3/2015).

Faktor pendukungnya antara lain turunnya suku bunga Bank Indonesia (BI Rate) dan suku bunga Kredit Kepemilikan Rumah (KPR).

"Banyak tanda-tanda properti ini akan merangkak naik. Suku bunga Bank Indonesia (BI Rate) disusul suku bunga Kredit Kepemilikan Rumah (KPR) turun. Inflasi di Indonesia juga terjaga. Banyak pengembang Asia Pasifik, seperti Jepang, Tiongkok, bahkan Korea masuk ke Indonesia juga memperkuat basis ekonomi. Pemerintah juga sekarang sedang gencar membangun infrastruktur. Namun setahun ini masih akan tetap minus sebetulnya," papar Ali.

Selain itu, Ali juga menyebut untuk tahun ini, pengembang akan mengalihkan orientasinya ke pasar menengah melihat kondisi pasar kelas atas yang kian jenuh. Dengan begitu untuk masa yang akan datang, kelas menengah akan mendominasi pasar properti Indonesia.

"Pasar Indonesia itu kan dominan kelas menengah tapi pengembangnya justru selalu main di atas. Ini hal yang lucu. Sepertinya mereka sekarang sudah sadar dan mulai menyasar pasar menengah. Melihat pergerakan dari 2014 ke 2015, mulai ada keseimbangan (segmentasi pasar dan harga jual properti) yang akan menimbulkan kenaikan," tandas Ali.


Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com