Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pengamat: Kabinet Jokowi Abaikan Masalah Perumahan Rakyat

Kompas.com - 18/12/2014, 11:41 WIB
Latief

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Direktur Eksekutif Indonesia Property Watch (IPW) Ali Tranghanda menilai pos anggaran Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Kemenpupera) saat ini tidak akan bisa meningkatkan program perumahan rakyat. Permasalahan perumahan diragukan akan terselesaikan.

Seperti diketahui bahwa Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Kemenpupera) mendapat tambahan anggaran dari pengalihan subsidi BBM pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBN-P) 2015 sebesar Rp. 47,5 triliun. Dari jumlah tersebut, penggunaannya sebagian besar untuk pembangunan infrastruktur jalan sebesar Rp 20 triliun, infrastruktur ketahanan pangan sebesar Rp 12,5 triliun, serta untuk air minum dan sanitasi Rp 13 triliun. Adapun sektor perumahan hanya mendapat Rp 2 triliun.

"Kekhawatiran itu ternyata terbukti, yaitu masih terabaikannya sektor perumahan rakyat. Sebagai salah satu kebutuhan pokok selain sandang dan pangan, papan menjadi salah satu indikator kesejahteraan sebuah negara. Dengan anggaran hanya sebesar itu, tentu tidak akan dapat meningkatkan program perumahan rakyat," ujar Ali dalam siaran pers, Kamis (18/12/2014).

Ali mengatakan, banyak persoalan perumahan belum terselesaikan. Menurutnya, seharusnya Kementerian Pu-Pera sudah mulai mempersiapkan badan perumahan yang telah diamanatkan UU No 1 PKP tahun 2011. 

"Tapi sampai sekarang tak kunjung dibentuk. Padahal, ada isu penting terkait badan ini, yaitu kehadiran bank tanah. Sejak 2009 kami sudah usulkan hal ini, mengingat faktor krusial dalam pembangunan rumah murah adalah ketersediaan tanah murah," katanya.

Ali mengatakan, saat ini delapan dari sepuluh pengembang perumahan murah sudah tak mampu lagi membangun rumah murah sesuai standar harga pemerintah. Pemerintah seharusnya dapat mencontoh Singapura dengan badan perumahannya, yaitu Housing Development Board (HDB) yang menjamin ketersediaan rumah bagi rakyatnya.

"Mereka itu mematok harga sesuai daya beli yang ada dengan seleksi ketat sehingga tidak salah sasaran. Harga yang ada juga sudah dipatok. Jadi, sangat ironis melihat kondisi di Indonesia, yaitu rumah murah sebagai public housing malah mengikuti kenaikan harga pasar sehingga tidak ada bedanya antara public housing dengan pasar rumah lainnya," ujar Ali.

Fundamental

Patokan harga memang menjadi masalah pelik untuk menyelesaikan persoalan public housing di Tanah Air. Ali mengatakan, dibutuhkan kehadiran pemerintah dalam menjamin harga rumah yang ada, meskipun di tengah kenaikan biaya produksi dengan subsidi yang bisa diperoleh dari pengalihan subsidi harga bahan bakar minyak (BBM).

Menurut Ali, pemerintahan Jokowi-JK yang menggabungkan Kementerian PU dan Perumahan Rakyat semakin membuat terpuruk perumahan rakyat. Fokus pemerintah untuk lebih mengembangkan infrastruktur cukup baik, namun pemerintah tak boleh melupakan masalah fundamental perumahan rakyat terkait badan perumahan dan bank tanah.

"Keduanya harus disiapkan karena sudah sangat mendesak. Di sisi lain, harga tanah juga terus naik. Untuk itu, dengan dibuatnya infrastruktur jalan, maka harga tanah akan ikut naik," ujar Ali.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Kediri: Pilihan Hunian Ekonomis

Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Kediri: Pilihan Hunian Ekonomis

Perumahan
Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Probolinggo: Pilihan Hunian Ekonomis

Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Probolinggo: Pilihan Hunian Ekonomis

Perumahan
Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Seram Bagian Timur: Pilihan Ekonomis

Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Seram Bagian Timur: Pilihan Ekonomis

Perumahan
Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Bangkalan: Pilihan Ekonomis

Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Bangkalan: Pilihan Ekonomis

Perumahan
Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Magetan: Pilihan Ekonomis

Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Magetan: Pilihan Ekonomis

Perumahan
Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Pacitan: Pilihan Ekonomis

Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Pacitan: Pilihan Ekonomis

Perumahan
Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Lamongan: Pilihan Ekonomis

Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Lamongan: Pilihan Ekonomis

Perumahan
Mutu Beton Tol MBZ Disebut di Bawah Standar, Begini Respons Jasa Marga

Mutu Beton Tol MBZ Disebut di Bawah Standar, Begini Respons Jasa Marga

Berita
Fitch dan Moody's Naikkan Rating Kredit Pakuwon Jadi BB+

Fitch dan Moody's Naikkan Rating Kredit Pakuwon Jadi BB+

Berita
Nih Tujuh Mal Terindah di Dunia, Ada yang Langit-langitnya Kaca Patri Luas

Nih Tujuh Mal Terindah di Dunia, Ada yang Langit-langitnya Kaca Patri Luas

Ritel
Pilih Tandon Air di Atas atau Bawah Tanah? Ini Plus Minusnya

Pilih Tandon Air di Atas atau Bawah Tanah? Ini Plus Minusnya

Tips
Ini Lima Negara Asal WNA Paling Banyak Incar Properti di Indonesia

Ini Lima Negara Asal WNA Paling Banyak Incar Properti di Indonesia

Berita
Tiga Kota Ini Paling Diminati WNA Saat Berburu Properti di Indonesia

Tiga Kota Ini Paling Diminati WNA Saat Berburu Properti di Indonesia

Berita
Tol Gilimanuk-Mengwi Dilelang Ulang, Basuki: Mudah-mudahan September Teken PPJT

Tol Gilimanuk-Mengwi Dilelang Ulang, Basuki: Mudah-mudahan September Teken PPJT

Berita
Antisipasi Perpindahan Ibu Kota, Jababeka Siapkan Konsep TOD City

Antisipasi Perpindahan Ibu Kota, Jababeka Siapkan Konsep TOD City

Hunian
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com