Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Masalah Rumah Rakyat Cuma Dua: Tanah dan Infrastruktur!

Kompas.com - 05/12/2014, 08:04 WIB
Arimbi Ramadhiani

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Pertumbuhan properti di Indonesia terjadi sangat pesat. Hal tersebut disebabkan, angka kebutuhan unit rumah terus bertambah setiap tahunnya.

Menurut Presiden Direktur PT Eureka Prima, Lukman Purnomosidi, di Jabodetabek sendiri, perumahan masih menjadi primadona. Di sisi lain, rumah sederhana semakin sulit ditemukan di Jakarta.

"Tahun depan trennya masih residensial, baik tapak maupun vertikal, karena kebutuhannya masih tinggi," ujar Lukman, Kamis (4/12/2014), di acara Outlook Property 2015 "Geliat Investasi di tengah Kelangkaan Tanah" yang digelar Majalah Property & Bank di Jakarta.

Tingginya kebutuhan tersebut, kata Lukman, dipicu pertumbuhan penduduk di Jabodetabek yang meningkat menjadi 30 juta jiwa. Daya beli masyarakat terhadap properti juga terus tumbuh.

"Perumahan di Jakarta didominasi perumahan menengah sampai rumah mewah. Hal ini juga disertai dengan pertumbuhan perkantoran, hotel, kondotel, dan mal," sebut Lukman.

Saat kondisi pertumbuhan properti komersial sedang naik, tambah Lukman, pembangunan perumahan sederhana pun tertinggal. Kenapa demikian? Akar masalah perumahan rakyat sendiri dibagi menjadi tiga sumber, hulu, tengah, dan hilir.

Di hulu, atau sumber utama masalah perumahan adalah kurangnya lahan dan minimnya infrastruktur. Adapun sumber tengah adalah bagaimana pembangunan rumah berikut pengadaan material. Sumber masalah ketiga adalah terkait regulasi Kredit Pemilikan Rumah (KPR) dan Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP).

"Selama ini yang diutak-atik hanya yang hilir. Padahal sumber utamanya di hulu, ya tanah dan infrastruktur. Percuma kalau hilir dulu, tapi di hulu masih berantakan," kata Lukman.

Ia pun mencontohkan, untuk mengatasi ketersediaan tanah yang semakin menipis, pemerintah bisa menaikkan nilai koefisien lantai bangunan (KLB) menjadi di atas 5. Menurut Lukman, cara ini efektif dalam menyiasati lahan yang terus berkurang, khususnya di Jakarta.

"Misalnya tanah 50 hektar, dengan KLB yang tinggi di atas 5, jadi setara dengan tanah 500 hektar, karena luas bangunannya bertambah," tutur Lukman.

Sementara itu, tambah dia, masalah infrastruktur juga tidak bisa diabaikan. Saat ini, di Jakarta sudah tidak bisa lagi membangun rumah tapak, sedangkan minat masyarakat masih tinggi. Masyarakat pun terpaksa mencari rumah di luar Jakarta.

"Semua tinggal di pinggir (Jakarta). Persoalannya sekarang di infrastruktur. Tiap hari macet karena yang tinggal di luar Jakarta bawa kendaraan," kata Lukman.

Oleh sebab itu, ia mendorong pemerintah untuk membenahi infrastruktur, terutama transportasi umum, misalnya kereta atau bis, agar pekerja dari luar Jakarta tidak harus membawa kendaraan pribadi dan menyebabkan macet di dalam kota. Dengan infrastruktur yang baik, masyarakat tidak perlu khawatir bila harus tinggal jauh dari tempat kerjanya karena jaraknya dapat ditempuh dengan cepat.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Tulungagung: Pilihan Ekonomis

Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Tulungagung: Pilihan Ekonomis

Perumahan
Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Gresik: Pilihan Hunian Ekonomis

Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Gresik: Pilihan Hunian Ekonomis

Perumahan
Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Kediri: Pilihan Ekonomis

Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Kediri: Pilihan Ekonomis

Perumahan
Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Probolinggo: Pilihan Ekonomis

Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Probolinggo: Pilihan Ekonomis

Perumahan
Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Seram Bagian Timur: Pilihan Ekonomis

Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Seram Bagian Timur: Pilihan Ekonomis

Perumahan
Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Bangkalan: Pilihan Ekonomis

Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Bangkalan: Pilihan Ekonomis

Perumahan
Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Magetan: Pilihan Ekonomis

Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Magetan: Pilihan Ekonomis

Perumahan
Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Pacitan: Pilihan Ekonomis

Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Pacitan: Pilihan Ekonomis

Perumahan
Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Lamongan: Pilihan Ekonomis

Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Lamongan: Pilihan Ekonomis

Perumahan
Mutu Beton Tol MBZ Disebut di Bawah Standar, Begini Respons Jasa Marga

Mutu Beton Tol MBZ Disebut di Bawah Standar, Begini Respons Jasa Marga

Berita
Fitch dan Moody's Naikkan Rating Kredit Pakuwon Jadi BB+

Fitch dan Moody's Naikkan Rating Kredit Pakuwon Jadi BB+

Berita
Nih Tujuh Mal Terindah di Dunia, Ada yang Langit-langitnya Kaca Patri Luas

Nih Tujuh Mal Terindah di Dunia, Ada yang Langit-langitnya Kaca Patri Luas

Ritel
Pilih Tandon Air di Atas atau Bawah Tanah? Ini Plus Minusnya

Pilih Tandon Air di Atas atau Bawah Tanah? Ini Plus Minusnya

Tips
Ini Lima Negara Asal WNA Paling Banyak Incar Properti di Indonesia

Ini Lima Negara Asal WNA Paling Banyak Incar Properti di Indonesia

Berita
Tiga Kota Ini Paling Diminati WNA Saat Berburu Properti di Indonesia

Tiga Kota Ini Paling Diminati WNA Saat Berburu Properti di Indonesia

Berita
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com