Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lima Alasan Lampung Menjadi Pilihan Investasi Properti

Kompas.com - 08/08/2014, 12:32 WIB
Hilda B Alexander

Penulis

BANDAR LAMPUNG, KOMPAS.com - Tak kalah dengan daerah-daerah lainnya di Indonesia yang makin menggeliat dalam pembangunan sektor properti, Lampung mulai masuk dalam bidikan pengembang-pengembang besar.

Hingga Juli 2014, tercatat beberapa pengembang properti dan jaringan hotel internasional serta nasional menggarap Lampung sebagai wilayah ekspansi bisnis. Sebut saja PT Bakrieland Development Tbk, Ciputra Group, Dafam Hotels, PT Metropolitan Land Tbk, PT Intiland Development Tbk, dan Springhill Group.

Mereka membangun berbagai jenis properti, mulai dari perumahan, kondotel, pusat belanja, hotel hingga resor wisata. Belum lagi pengembangan hotel-hotel yang sedang dalam tahap konstruksi.

Menurut Ketua DPD REI Lampung, Tata Indra, tahun ini saja, terdapat 8 izin hotel yang baru diterbitkan pemerintah daerah. Jumlah ini menggenapi 8 hotel baru lainnya yang sedang dikembangkan secara bersamaan.

"Pertumbuhan pasar hotel Lampung luar biasa. Hal ini didorong oleh industri pariwisata dan kegiatan meeting, incentives, conference dan exhibition (MICE). Sehingga tingkat okupnasi rerata seluruh hotel baik berbintang maupun non-bintang mencapai 65 persen," papar Tata kepada Kompas.com, Kamis (7/8/2014).

Tata menjelaskan, Lampung belum dieksplorasi maksimal. Padahal potensinya tak kalah dengan daerah lain. Ada lima alasan Lampung sangat menarik untuk dilirik.

Pertama, Lampung merupakan gerbang Pulau Sumatera dengan lahan masih melimpah di 15 kota dan kabupaten. Kisaran harga masih berada pada level Rp 50.000 hingga Rp 2 juta per meter persegi.

"Kedua, Lampung dekat dengan ibukota Jakarta sebagai pusat bisnis, pemerintah, keuangan dan perdagangan. Sehingga memudahkan mobilisasi arus pembeli dan investor yang ingin membuka usahanya," kata Tata.

Ketiga, Lampung belum terlalu padat pengembangan properti, terutama perumahan. Hingga saat ini masih terjadi ketimpangan antara kebutuhan dan pasokan. Menurut Tata, tiap tahun Lampung kekurangan 5.000 unit rumah.

"Kekurangan pasokan rumah itulah yang seharusnya dijadikan sebagai peluang bagi pengembang untuk memenuhinya. Pasar Lampung meminati rumah-rumah seharga rp 300 juta hingga Rp 1 miliar. Ini yang paling laku," imbuh Tata.

Keempat, Lampung sangat ideal bagi relokasi pabrik-pabrik dari kawasan-kawasan industri mapan dan padat dengan harga lahan tinggi macam Cilegon, Tangerang, Cikarang, dan Karawang. "Dengan dukungan jaringan infrastruktur seperti Bandara Radin Inten II yang akan dinaikkan statusnya menjadi bandara internasional, dan pelabuhan laut Bakauheni kategori A, Lampung merupakan opsi utama yang sangat menarik untuk dilirik," tandas Tata.

Alasan terakhir adalah, indeks keyakinan konsumen. Menurut survei keyakinan konsumen Bank Indonesia (BI), kota Bandar Lampung mengalami peningkatan indeks keyakinan konsumen dengan kenaikan tertinggi yakni 15,1 poin di antara 18 kota lainnya di seluruh Indonesia.

"Lima alasan inilah yang seharusnya menjadi pertimbangan pebisnis dan investor properti menajdikan Lampung sebagai profit center di masa depan," pungkas Tata.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Kediri: Pilihan Hunian Ekonomis

Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Kediri: Pilihan Hunian Ekonomis

Perumahan
Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Probolinggo: Pilihan Hunian Ekonomis

Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Probolinggo: Pilihan Hunian Ekonomis

Perumahan
Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Seram Bagian Timur: Pilihan Ekonomis

Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Seram Bagian Timur: Pilihan Ekonomis

Perumahan
Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Bangkalan: Pilihan Ekonomis

Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Bangkalan: Pilihan Ekonomis

Perumahan
Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Magetan: Pilihan Ekonomis

Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Magetan: Pilihan Ekonomis

Perumahan
Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Pacitan: Pilihan Ekonomis

Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Pacitan: Pilihan Ekonomis

Perumahan
Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Lamongan: Pilihan Ekonomis

Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Lamongan: Pilihan Ekonomis

Perumahan
Mutu Beton Tol MBZ Disebut di Bawah Standar, Begini Respons Jasa Marga

Mutu Beton Tol MBZ Disebut di Bawah Standar, Begini Respons Jasa Marga

Berita
Fitch dan Moody's Naikkan Rating Kredit Pakuwon Jadi BB+

Fitch dan Moody's Naikkan Rating Kredit Pakuwon Jadi BB+

Berita
Nih Tujuh Mal Terindah di Dunia, Ada yang Langit-langitnya Kaca Patri Luas

Nih Tujuh Mal Terindah di Dunia, Ada yang Langit-langitnya Kaca Patri Luas

Ritel
Pilih Tandon Air di Atas atau Bawah Tanah? Ini Plus Minusnya

Pilih Tandon Air di Atas atau Bawah Tanah? Ini Plus Minusnya

Tips
Ini Lima Negara Asal WNA Paling Banyak Incar Properti di Indonesia

Ini Lima Negara Asal WNA Paling Banyak Incar Properti di Indonesia

Berita
Tiga Kota Ini Paling Diminati WNA Saat Berburu Properti di Indonesia

Tiga Kota Ini Paling Diminati WNA Saat Berburu Properti di Indonesia

Berita
Tol Gilimanuk-Mengwi Dilelang Ulang, Basuki: Mudah-mudahan September Teken PPJT

Tol Gilimanuk-Mengwi Dilelang Ulang, Basuki: Mudah-mudahan September Teken PPJT

Berita
Antisipasi Perpindahan Ibu Kota, Jababeka Siapkan Konsep TOD City

Antisipasi Perpindahan Ibu Kota, Jababeka Siapkan Konsep TOD City

Hunian
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com