Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Tragedi Dhaka" Berawal dari Pusat Belanja

Kompas.com - 12/05/2013, 16:50 WIB

DHAKA, KOMPAS.com - Setelah beberapa pekan berlalu, arsitek Rana Plaza, Mansood Reza mengakui bahwa dirinya dipekerjakan untuk merancang sebuah pusat perbelanjaan. Bukan sebuah pabrik yang harus mendukung bobot dari mesin industri dan sejumlah generator.

Reza yang bekerja pada kantor konsultan arsitektur Vastukalpa, menuturkan penderitaannya usai menyaksikan bencana ambruknya Rana Plaza di televisi. Diperkirakan 3.000 orang bekerja di dalamnya. Para pekerja masih menjahit baju-baju untuk merek-merek barat, saat lantai bergetar, kemudian hancur, memerangkap  dan menewaskan 700 orang.

Reza menuduh pemilik bangunan, Mohammed Sohel Rana, telah mengabaikan teknik struktural bangunan sederhana. Rana juga harus menghadapi tuduhan sebagai penyebab kematian akibat kelalaian dan melanggar hukum konstruksi. Selain itu, ia juga bakal menghadapi gugatan masyarakat karena telah melakukan korupsi memangkas anggaran gedung.

"Saat kami merancang gedung itu, pemilik dan pengembang tak pernah mengatakan bahwa gedung tersebut akan digunakan sebagai pabrik garmen," tutur Reza seraya melanjutkan jika mereka mengatakan sejak awal peruntukannya sebagai bangunan pabrik, maka struktur dan desainnya akan berbeda dan lebih kuat tentunya.

Mereka mendesain gedung setinggi 6 lantai. Tiga lantai pertama gedung tersebut diperuntukan sebagai pusat belanja, sebuah basement untuk parkir dan selebihnya adalah untuk perkantoran. Tak ada celah untuk menambah ketinggian bangunan menjadi 9 atau 10 lantai.

Sehari sebelum tragedi itu, sebetulnya Rana Plaza sudah mengalami retakan hebat pada sejumlah lantainya. Dalam bahasa arsitektur, retakan lantai adalah sinyal kuat dan sangat jelas yang dapat menunjukkan bahwa gedung tersebut sudah tidak kuat lagi menahan beban berat. 

"Setiap struktur bangunan memiliki usianya sendiri. Dan saat retakan terjadi, harusnya pabrik itu langsung ditutup," ujar Reza.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com